Jangan hakimi kami... dengan sebutan "pengecut" atau " tidak percaya Tuhan"... Mudah bagi kalian untuk bicara demikian, kalian tidak pernah merasakan apa yang kami alami...
Cukup sudah ketidakpedulian kalian pada kami semasa kami masih hidup... tak perlu lagi kalian tambah dengan menistakan kami setelah kami tiada...
Siapa yang lebih pengecut? Kami, yang sudah putus asa atas penderitaan kami... Atau kalian yang hanya berpangkutangan, diam tidak menjulurkan pertolongan pada saat kami membutuhkannya?
Dimana kalian pada saat kami perlu telinga yang mendengarkan curhat kami? Dimana kalian, pada saat kami perlu rangkulan untuk menghibur lara hati kami? Dimana semua orang pada saat kami menangis, menjerit di batas daya tahan kami? Kemana orang-orang baik yang mau mendengarkan dengan tulus tanpa menggurui dan menceramahi kami?
Kalian tidak pernah sadar betapa beruntungnya kalian... yang tidak mengalami penderitaan yang seperti kami alami... Tapi bukannya bersyukur, malah kalian hanya mengeluh hari demi hari. Hanya karena kami tidak mengeluh, bukan berarti kami tidak ada masalah.
Ketika kami mulai berani untuk curhat, kalian malah curhat juga... menganggap apa yang kami alami itu tidak seberat yang kami alami. "Dasar Cengeng... lemah"... memang itu tidak kalian ucapkan, tapi itulah yang muncul dari tatapan mata sinis kalian ketika air mata kami mulai mengalir.
Cukuplah sudah! Kami tidak sanggup menanggungnya lagi... Supaya semuanya cepat selesai... Biarlah jalan ini kami ambil dengan menanggung segala resikonya. Selamat tinggal dunia....
*Pandji Kiansantang, dalam rangka memperingati "Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia" 10 September 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H