Lihat ke Halaman Asli

Pandji Kiansantang

"Bahagia Membahagiakan Sesama"

Ambyar di Tengah Corona, Inspirasi Didi Kempot

Diperbarui: 3 September 2020   05:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Tulisan di bawah ini sebenarnya dirampungkan lebih dari tiga bulan yang lalu, tepatnya ditulis secara spontan pada hari wafatnya Didi Kempot. Kini sudah lebih dari 100 hari wafatnya almarhum, yang diperingati Kompas TV dengan menayangkan acara "Didi Kempot : 100 Hari Kepergianmu". 

Pada minggu lalu sebuah stasiun TV menayangkan acara "Ambyar Awards 2020" yang memberikan apresiasi pada musisi Campursari dan Dangdut milenial. Ya  inilah "legacy" Didi Kempot, yang mampu mengangkat derajat musik Campursari dari musik tradisional lawas yang hanya disukai generasi tua yang berbahasa Jawa hingga menjadi  digemari kaum muda masa sekarang dan diapresiasi media mainstream.

Inilah yang memotivasi penulis untuk sekarang mempublikasikan tulisan "versi orisinal" 5 Mei 2020 (tanpa direvisi) ini di Kompasiana (sebelumnya hanya diforward melalui WA ke relasi). Semoga dapat menginspirasi lebih banyak pembaca...

Sejujurnya, tak satupun lagumu yang kukenal atau bisa kunyanyikan. Campursari bukanlah jenis musik yang kugemari. Terlebih ku tak paham bahasa Jawa dalam lagu-lagumu... Tepatnya, aku bukan fans setiamu... bukan termasuk "Sobat Ambyar"  atau Sad Boys yang merupakan julukan penggemar muda lagu-lagumu... 

Namun kepergianmu hari ini sungguh menyentakkanku. Melihat gelombang reaksi kehilangan dan kedukaan jutaan Sobat Ambyar di seantero negeri. Hingga ada yang menjadikan hari wafatmu ini sebagai "Hari Ambyar Sedunia".... 

***

Belakangan aku mulai kagum dengan kiprahmu. Julukanmu sebagai "The Godfather of Brokenheart" alias "Bapak Patah Hati"  sungguh membuatku penasaran.  Melihat betapa antusiasnya  fansmu ikut menyanyi dan berjoget, termasuk anak-anak muda milenial. Mereka bergembira dalam lantunan lagu-lagu sedihmu. 

Lagu menyuarakan perasaan masyarakat. Kau mampu menggelorakan perasaan kebanyakan masyarakat kita... yang patah hati, gagal, kalah dalam percintaan, karir atau kepemilikan duniawi. Lagu-lagumu membuat mereka tetap optimis, tersenyum dan ceria dalam duka. Tidak membuat mereka jatuh, meratapi kesulitan dan masalah hidup, tapi mampu tegar dan bersemangat, berani menjalani hidup. 

Jika tahun 70-an dikenal  dengan "lagu-lagu cengengnya", maka kau jadikan " Ambyar" sebagai ciri khas lagu-lagumu. Berkatmu, kosa kata "Ambyar" yang berasal dari Bahasa Jawa dan merupakan judul lagumu, kini menjadi  bahasa Indonesia baku. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Ambyar berarti "bercerai-berai, berpisah-pisah, tidak terkonsentrasi lagi". Di tengah masyarakat, Ambyar menjadi istilah kekinian yang menunjukkan makna:  patah hati,  kesedihan mendalam, getir, galau atau berantakan dan bubar. 

Sekarang ini kata "Ambyar" cocok untuk menggambarkan situasi saat ini yang diakibatkan Pagebluk (Wabah) Corona... yang mencerai beraikan anggota keluarga, membuat rencana hidup menjadi berantakan, menyebabkan bisnis bubar, membuat stress semua orang, mengakibatkan orang-orang kehilangan pekerjaan bahkan nyawanya. 

Dalam istilah manajemen, Corona merupakan Krisis, menyebabkan Chaos (kekacauan), merupakan Disrupsi (gangguan) yang mengobrak abrik tatanan lama... Alias Ambyar...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline