Tema pastoral Paroki St. Ignatius Magelang tahun 2025, "Semakin Katolik, Semakin Apostolik di Tengah Perubahan Zaman," mengajak umat untuk semakin mendalami identitas iman Katolik dengan semangat apostolik yang berakar kuat dalam ajaran Kristus sebagaimana diwahyukan dalam Kitab Suci dan Tradisi Gereja.
Dalam menghadapi dinamika zaman yang terus berubah, umat Katolik dituntut untuk tidak hanya setia pada doktrin, tetapi juga memperbarui cara pewartaan dan kesaksian iman agar lebih relevan dan bermakna.
Semangat apostolik mendorong setiap umat untuk terlibat dalam misi Gereja, yaitu mewartakan Injil dan membangun persekutuan yang inklusif, menjawab tantangan sosial, ekonomi, dan budaya di era modern.
Sebagaimana ditegaskan oleh Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium, Gereja dipanggil untuk semakin misioner, merangkul dunia tanpa melupakan akar tradisinya (Fransiskus, 2013). Oleh karena itu, Paroki St. Ignatius Magelang dipanggil untuk aktif merespons kebutuhan zaman ini, sembari tetap teguh dalam iman dan misi apostolik Gereja.
1. Kesetiaan pada Ajaran dan Adaptasi dalam Perubahan Zaman
“Semakin Katolik, Semakin Apostolik di Tengah Perubahan Zaman” mengandung makna teologis yang mendalam, berfokus pada dua aspek utama: pertama, pendalaman identitas iman Katolik melalui kesetiaan pada ajaran Kristus yang terungkap dalam Kitab Suci dan Tradisi Gereja, dan kedua, adaptasi terhadap perubahan zaman untuk menjaga relevansi iman.
Dalam teologi Katolik, iman adalah suatu pengalaman hidup yang berkembang melalui relasi dinamis antara wahyu dan tanggapan manusia. Ajaran Kristus yang disampaikan melalui Kitab Suci dan diturunkan melalui Tradisi Gereja, menjadi fondasi dasar bagi identitas Katolik.
Dei Verbum, salah satu dokumen penting dari Konsili Vatikan II, menegaskan bahwa Kitab Suci dan Tradisi adalah dua sumber utama pewahyuan Allah yang tidak dapat dipisahkan, karena keduanya membentuk satu kesatuan yang harmonis dalam menuntun kehidupan iman (Vatican II, 1965).
Namun, di tengah perubahan sosial, budaya, dan teknologi yang cepat, kesetiaan terhadap ajaran tersebut tidak cukup jika umat tidak mampu mengontekstualisasikan iman ke dalam situasi hidup konkret.
Perubahan zaman mempengaruhi cara orang berinteraksi, berpikir, dan memahami kehidupan, yang berarti cara pewartaan iman pun harus disesuaikan agar dapat menjawab tantangan-tantangan baru.
Dalam hal ini, Gereja Katolik dipanggil untuk memperbarui cara pewartaan yang tidak hanya mempertahankan doktrin, tetapi juga memperhatikan kebutuhan eksistensial manusia modern.