Lihat ke Halaman Asli

Semakin Mengenali Siswa dengan Pendekatan Enneagram Model Personality

Diperbarui: 11 Juli 2024   23:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Semakin Mengenali Siswa dengan Pendekatan Enneagram Model Personality/https://www.theskimm.com

Dalam dunia pendidikan yang semakin beragam, peran guru sebagai fasilitator pembelajaran tidak hanya terbatas pada penyampaian materi pelajaran, tetapi juga melibatkan pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan dan karakteristik individu setiap siswa. Dalam upaya menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung, penting bagi guru untuk memperhatikan keunikan kepribadian masing-masing siswa. Salah satu pendekatan yang dapat membantu guru dalam memahami perbedaan individual siswa adalah melalui Enneagram Personality Model. Dengan memahami karakteristik masing-masing tipe kepribadian dalam Enneagram, guru dapat lebih efektif dalam merancang strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi siswa. Oleh karena itu, artikel ini akan menjelaskan pentingnya bagi guru untuk memperhatikan satu-persatu berdasarkan Enneagram Personality Model, serta memberikan wawasan tentang bagaimana pendekatan ini dapat meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran di kelas.

Definisi dan Sejarah Enneagram Personality Model

Enneagram Personality Model adalah model kepribadian yang mengidentifikasi sembilan tipe kepribadian utama, masing-masing dengan karakteristik, motivasi, dan pola perilaku yang khas. Dalam konteks pendidikan, pemahaman terhadap Enneagram Personality Model dapat membantu guru memahami kebutuhan dan kecenderungan siswa secara individual. Berikut adalah penjelasan singkat tentang sembilan tipe kepribadian dalam Enneagram Personality Model:

  1. The Reformer (Pembenah): Perfeksionis, memiliki standar tinggi, dan cenderung mengatur dan membenahi lingkungan sekitarnya.
  2. The Helper (Pembantu): Penuh empati dan suka membantu orang lain, sering kali mengabaikan kebutuhan pribadi mereka sendiri.
  3. The Achiever (Pencapai): Ambisius, berorientasi pada prestasi, dan ingin dikenal atas kesuksesan mereka.
  4. The Individualist (Individu): Penuh perasaan dan kreatif, cenderung mencari makna dalam kehidupan dan mengekspresikan diri secara unik.
  5. The Investigator (Penyelidik): Analitis, ingin memahami dunia secara mendalam, dan cenderung menarik diri untuk mengamati dan mempelajari.
  6. The Loyalist (Setia): Penuh kepercayaan dan berorientasi pada keamanan, sering mencari dukungan dan berusaha untuk melindungi diri dan orang-orang terdekat.
  7. The Enthusiast (Penggemar): Optimis, suka mencari pengalaman baru, dan cenderung menghindari konflik serta mencari kesenangan.
  8. The Challenger (Pemberontak): Berani, memiliki kekuatan yang kuat, dan cenderung melindungi orang-orang yang lemah atau kepentingan yang dianggap penting.
  9. The Peacemaker (Pemantik Damai): Menghindari konflik dan ingin menciptakan harmoni, cenderung menyesuaikan diri dengan kebutuhan orang lain.

Pemahaman tentang tipe-tipe kepribadian ini dapat membantu guru memahami gaya belajar, motivasi, dan tanggapan siswa terhadap lingkungan kelas. Dengan memahami perbedaan individual siswa, guru dapat menyusun strategi pengajaran yang lebih efektif, memberikan dukungan yang sesuai, dan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif.

Enneagram adalah pola geometris bersudut sembilan, yang istilahnya berasal dari bahasa Yunani, ennea yang berarti sembilan dan grammos yang berarti sesuatu yang ditulis atau digambar. Sejarah Enneagram dalam bentuknya yang sekarang umumnya dianggap dimulai dari Oscar Ichazo dari Chili. Pada tahun 1972, Ichazo memperkenalkan Enneagram dalam lokakarya kepada sebuah kelompok yang kemudian menyebarkan model tersebut. Psikiater Amerika Claudio Naranjo dan John Lilly memperkenalkan Enneagram di AS pada tahun 1970an, dengan Naranjo yang banyak menulis tentang penerapan teori tersebut. Namun, istilah "enneagram" pertama kali diciptakan oleh filsuf Armenia George Gurdjieff pada tahun 1916 untuk menggambarkan simbol spiritual tertentu yang berujung sembilan. Kemudian, Don Richard Riso dan Russ Hudson mengembangkan Riso-Hudson Enneagram Type Indicator (RHETI) pada tahun 1993, dengan penelitian mereka berfokus pada mengkonstruksinya sebagai instrumen pengukuran kepribadian.

The Reformer (Pembenah): Bagaimana kita dapat menggunakan standar tinggi yang dimiliki oleh pembenah untuk memotivasi dan mendukung siswa-siswa dengan beragam kemampuan dalam mencapai potensi penuh mereka? 

Tipe kepribadian The Reformer (Pembenah) dalam model Enneagram biasanya memiliki standar yang tinggi untuk diri mereka sendiri dan orang lain. Mereka cenderung menjadi perfeksionis yang selalu mencari cara untuk memperbaiki keadaan, baik dalam diri mereka sendiri maupun lingkungan sekitar. Dalam konteks pendidikan inklusif, pendekatan yang efektif adalah dengan menggunakan standar tinggi yang dimiliki oleh pembenah sebagai sumber motivasi dan dukungan bagi siswa-siswa dengan beragam kemampuan.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan lebih detail dan komprehensif, kita dapat melakukan beberapa langkah:

  1. Identifikasi kebutuhan dan potensi individu: Sebagai guru, penting untuk mengenali kebutuhan belajar dan potensi unik dari setiap siswa. Dengan memahami kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan, guru dapat menetapkan standar yang sesuai untuk setiap siswa, yang mendorong mereka untuk mencapai potensi penuh mereka.

  2. Menciptakan lingkungan yang mendukung: Pembenah cenderung membutuhkan lingkungan yang terstruktur dan teratur untuk merasa nyaman. Oleh karena itu, sebagai guru, penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang terorganisir dan terstruktur. Namun, juga penting untuk memastikan bahwa lingkungan tersebut juga fleksibel dan responsif terhadap kebutuhan beragam siswa.

  3. Memberikan umpan balik yang konstruktif: Pembenah biasanya merespons dengan baik terhadap umpan balik yang konstruktif dan membantu mereka memperbaiki kinerja mereka. Sebagai guru, memberikan umpan balik yang jelas, spesifik, dan konstruktif kepada siswa-siswa dengan beragam kemampuan dapat membantu mereka untuk terus berkembang dan meningkatkan keterampilan mereka.

  4. Mengajak kolaborasi: Meskipun pembenah cenderung memiliki kecenderungan untuk bekerja secara independen, penting untuk mengajak mereka untuk berkolaborasi dengan sesama siswa. Kolaborasi dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar dari satu sama lain, membangun keterampilan sosial, dan memperluas perspektif mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline