CINTA ITU MILIK SEMUA: MEMAKNAI CINTA DI HARI VALENTINE
1. Mengejar Cinta adalah Makna Hidup
Tidak ada yang lebih manusiawi daripada bertanya apakah hidup memiliki makna, dan jika ya, apa artinya. Dalam kontek memaknai cinta di hari Valentine, untuk sebagian kecil, konsep makna hidup dalam kaitanya dengan cinta mungkin tidak ada artinya. Sementara, untuk sebagian besar, paling tidak pada tingkat intuitif, tidak mungkin untuk menyangkal bahwa hidup memiliki makna dan pasti bersinggungan dengan cinta. Karena jawaban atas makna hidup memiliki potensi untuk mengubah semua aspek kehidupan manusia, tentu patut diasumsikan bahwa hidup memang memiliki makna, dan kemudian dilanjutkan untuk mengungkap makna tersebut.
Pertanyaannya adalah, tanpa diragukan lagi, apa yang paling penting dari makna hidup itu, karena ini menggarisbawahi apa arti pentingnya menjadi manusia. Jawabannya akan membentuk tempat kita, persepsi kita, dan interaksi kita di dunia. Menemukan makna hidup yang bersinggungan dengan cinta akan membantu memahami apakah kita memiliki tujuan, atau, seperti yang mungkin dikatakan oleh para filsuf Yunani, apakah ada telos (an ultimate object or aim) untuk semua ini.
Dalam tulisan ini, kita akan mencoba berasumsi bahwa pertanyaan ini dapat dijawab, dan tulisan ini akan meyakinkan kita semua sebagai pembelajar cinta tentang jawaban tersebut. Dasar argumennya adalah bahwa terlepas dari keyakinan berbeda yang kita anut – apakah kita teis, ateis, atau memiliki pandangan dunia yang lebih kosmik – cinta adalah satu-satunya keyakinan universal yang dianut oleh semua. Cinta itu milik semua. Kekuatan dan sentralitas cintalah yang menjadikannya begitu mendasar bagi apa artinya hidup, sehingga orang tidak bisa tidak berpendapat bahwa mencapai cinta adalah makna hidup.
Untuk memperdebatkan hal ini, kita akan memulai tulisan ini dengan mendeskripsikan cinta, karena, jika kita ingin mengklaim bahwa itu adalah makna hidup, pertama-tama penting untuk mengklarifikasi apa yang dimaksud dengan istilah tersebut. Setelah itu, kita akan menunjukkan bahwa cinta memiliki makna yang tak terbantahkan bagi para teis, ateis, dan bahkan para pemikir kosmik. Benar, sekali lagi dan tak terbantahkan, cinta itu milik semua. Kemudian, kita akan menjelaskan alasan di balik berpikir bahwa cinta adalah jawabannya, dengan menyoroti pentingnya cinta.
2. Cinta
Cinta, dipahami dalam arti luas, termasuk eros, agape, storge, dan philia, sangat sulit untuk didefinisikan. Banyak para ahli menghindari dan cenderung mendefinisikannya dengan apa yang mungkin disebut tidak dapat ditentukan (indefinable). Keengganan itu tentu bisa dimaklumi. Fenomena cinta sangat ambigu, membingungkan, dan bahkan sangat membuat kita pusing tujuh keliling. Kita semua rindu mengalami cinta dan dengan bebas mengakui bahwa kita tidak dapat menggambarkan secara memadai apa yang kita rindukan itu.
Cinta itu sulit dipahami dan meskipun hal ini tidak menghalangi kita untuk mengejarnya. Kemisteriusannya mungkin merupakan bagian dari mengapa banyak orang ragu-ragu untuk mencintai. Mungkin karena kita belum benar-benar bisa memahami apa itu cinta, dan pada gilirannya kita enggan memperjuangkannya sebagai makna hidup. Oleh karena itu, kita percaya bahwa mengesampingkan sifat cinta yang tampaknya tidak dapat diungkapkan, dan sampai pada definisi yang meyakinkan tentangnya membuat lebih banyak dari kita setuju bahwa cinta adalah makna hidup.
Dalam upaya untuk mendefinisikan, atau mungkin menggambarkan cinta, kita akan belajar ke salah satu penokohan paling terkini dan meyakinkannya dalam literatur. Literatur yang dimaksud ditawarkan oleh filsuf Simon May, dalam bukunya Love: A History, di mana dia mengusulkan kisah cintanya sendiri.