Dunia musik di tanah air dilihat secara industri rekaman memang masih struggle karena peta dan aturan main yang tergerus pada era digital seperti sekarang ini.
Masa keemasan musik Indonesia terjadi di tahun 1990-an hingga awal tahun 2000-an di mana sejumlah penyanyi bisa menjual album fisik hingga jutaan kopi.
Masa itu juga melahirkan banyak musisi Indonesia yang cemerlang sebut saja Slank, Dewa 19, Padi, Sheila on 7, Peterpan, bahkan band yang awalnya dianggap "cupu" pun seperti Kangen, Hijau Daun, Armada dan lain-lain mampu berkibar dan diterima di blantika musik tanah air.
Pun demikian dengan penyanyi solo, era kejayaan diva, sebutan untuk penyanyi perempuan level utama semacam Krisdayati alias KD, Titi Dj, Ruth Sahanaya, Rossa, lahir di masa ini. Glenn Fredly dan Marcell adalah sebagian penyanyi pria solo papan di era ini. Termasuk Chrisye dan Iwan Fals yang terus berkibar sebagai penyanyi solo pria dari tahun 70-an seiring dengan meriahnya dunia hiburan tanah air.
Acara televisi banjir acara musik. Era televisi swasta siaran menjadi momen meroketnya industri musik tanah air bahkan merambah ke negeri jiran seperti Malaysia, Singapore, Brunei Darussalam.
Panggung off air pun tumbuh subur dan menyebar dari Sabang sampai Merauke menghidupkan mata rantai ekonomi kreatif musik saat itu. Apalagi saat itu produk rokok masih diperbolehkan beriklan dan menjadi sponsor acara-acara musik. Acara musik kampus yang diselenggarakan mahasiswa turut mendongkrak gengsi sebuah kampus jika berhasil melaksanakan acara musik kampus yang keren dan bergengsi.
Saat itu radio masih menjadi pemain penting sebagai media penyebaran musik. Radio top mendapat wawancara eksklusif dan penayangan perdana single dari penyanyi yang baru meluncurkan albumnya. Segmentasi radio malah menambah subur berbagai genre musik di seluruh Indonesia.
Radio menjadi teman siapa saja dari kalangan muda hingga tua, dari kalangan jelata hingga orang kaya. Ibarat kata radio indentik dengan musik dan tentu saja mayoritas lagu yang diputar adalah musik Indonesia.
Musik Indonesia tidak pernah mati tapi bergeser mengikuti perubahan zaman dan keadaan. Konsekuensinya tentu saja mempengaruhi banyak segi termasuk pundi-pundi bagi para musisi itu sendiri.