Lihat ke Halaman Asli

Saepiudin Syarif

TERVERIFIKASI

Writer

Teng! Teng! Teng!

Diperbarui: 9 Maret 2023   09:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Teng! Teng! Teng!
Itu bukan bunyi bel sekolah
Teng! Teng! Teng!
Juga bukan bunyi bel sepeda

Suara yang mengalun tiap malam
Di depan rumah yang temaram
Di atas pukul sepuluh malam
Bunyi mangkuk yang dipukul sendok

Teng! Teng! Teng!
Tiga kali lalu jeda begitu seterusnya
Tanpa suara tanpa kata manusia
Hanya bunyi pukulan saja

Bersama sosok lelaki membawa pikulan
Jalannya melenggok
Seirama dengan beban di bahunya
Seimbang kiri dan kanannya

Teng! Teng! Teng!
Berapa jauh dia berjalan kaki
Berharap ada yang membeli
Kuah hangat campur roti

Teng! Teng! Teng!
Saat lelah harus berhenti
Saat hujan mesti berteduh
Di pinggir jalan atau di emper rumah

Berteman hembusan rokok
Juga segelas kopi yang menemani
Meniti jalan selangkah demi selangkah
Di gang-gang rumah menanti pembeli
Mengais rejeki demi sang buah hati

Irisan roti
Butir-butir mochi
Rajangan kacang sangrai
Biji mutiara jeli
Kolang-kaling pucat pasi
Air jahe panas manis yang disaji

Teng! Teng! Teng!
Sekoteng
Hangat di perut nyaman di hati
Walau mungkin sudah tak banyak lagi
Penjual dan pembeli yang tidak pasti
Semoga rejeki selalu diberi
Dalam hidup yang dirahmati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline