Kegiatan belajar dari rumah diperpanjang hingga 11 April mendatang. Begitu surat edaran bupati yang disertakan oleh kepala sekolah saat memberitahukan kepada orang tua murid melalui grup percakapan bahwa kegiatan belajar mengajar di sekolah masih diliburkan.
Khanza (10) dan Nazwa (8), adik kakak ini masing-masing duduk di kelas 4 dan kelas 2 di sekolah dasar yang sama di daerah Bekasi. Setelah ikut membaca surat pemberitahuan lewat ponsel ibunya, keduanya tampak sedih. "Aku pengen sekolah. Bosen di rumah melulu," begitu yang terlontar pertama dari Nazwa. Khanza pun menambahkan, "Corona lama banget sih perginya. Bikin susah semua aja."
Khanza dan Nazwa sedikit banyak sudah paham penyebabnya adalah virus Corona yang membuat mereka harus berdiam diri di rumah. Tapi di pikiran anak-anaknya, kelamaan di rumah bikin bosan selain mereka ingin bermain lagi dengan teman-temannya di sekolah. Sangat mungkin mereka merasakan stres.
Hal yang sama buat kita yang dewasa sekali pun. Bencana pandemi Corona ini menang tidak mudah buat semua. Banyak yang stres dibuatnya. Makin banyak yang terpapar, makin banyak memakan korban jiwa, makin banyak aktivitas yang terhenti. Kegiatan bisnis, perdagangan, pasar, yang merupakan roda ekonomi pun turun drastis. Yang akan berpengaruh pada keuangan keluarga.
Lalu harus bagaimana kita sebagai orang tua menyikapi ini semua? Apa yang harus keluarga lakukan agar wabah ini tidak membawa bencana yang lebih besar kepada keluarga kita?
Yang pertama keluarga harus kompak dan ikhlas memandang kasus ini sebagai masalah bersama. Orang tua memberi pengertian bahwa semua orang mengalami, bukan keluarga kita saja, bahkan orang-orang di seluruh dunia.
Selanjutnya adalah pencegahan agar semua anggota keluarga tidak terkena virus ini. Sering mencuci tangan, membersihkan rumah dengan disinfektan secara berkala, tidak jajan sembarangan, hidup sehat, tetap beraktivitas belajar dan bermain di rumah, dan meningkatkan ibadah sesuai agama dan kepercayaan masing-masing.
Manfaatkan kebersamaan dalam waktu yang cukup lama ini untuk lebih mendekatkan hati satu sama lain, orang tua dengan anak, ayah dengan ibu, kakak dengan adik. Khanza dan Nawza yang setiap pagi saat mau sekolah sering ribut dari urusan rebutan bangun (mereka satu kamar), rebutan mandi, dan keributan kecil khas anak perempuan yang kadang bikin sakit kepala jika diladeni dan dimasukkan hati.
Saat-saat seperti ini bisa dimanfaatkan untuk saling mengerti, menghargai, dan membantu satu sama lain. Waktu Khanza dan Nazwa sama-sama belum sekolah mereka sangat akrab, kemana-mana selalu bersama. Keadaan mulai berubah saat Khanza sudah sekolah dan punya teman main lain dan tentu saja kesibukan lain.
Nazwa merasa ditinggalkan kakaknya. Walaupun tidak benar-benar ditinggalkan. Mereka masih main bersama dan tidur di kamar yang sama. Tapi intensitas mulai sedikit berkurang yang mungkin membuat Nazwa kehilangan kakaknya saat dibutuhkan. Begitu juga saat Nazwa mulai sekolah.
Kesibukan ayah dan ibu dan penjelasan pada mereka bahwa kita sibuk untuk mereka memaksa mereka untuk mengerti. Tapi yakinlah di dalam hati mereka tetap merindukan kebersamaan yang dulu pernah mereka rekam di jejak memori masa kanak-kanaknya. Di mana Ayah, Ibu, Khanza dan Nazwa sering menghabiskan hari bersama tanpa ada kesibukan dan keributan apa-apa.