Lihat ke Halaman Asli

Caleg Tanpa Timses dengan Modal 20 Juta Rupiah

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1397565378255732157

Pemilihan calon anggota legislatif 2014 adalah pengalaman pertama Natan terjun ke dunia politik. Walaupun ini adalah pengalaman pertamanya tetapi sejak awal ia telah menakar motivasinya untuk terjun ke dunia politik. Dalam kartu namanya ia menulis,  ‘Saya datang bukan dengan buah tangan dan pemberian untuk menarik simpati rakyat tetapi  dengan pengabdian yang tidak tanggung-tanggung’. Hal ini dibuktikannya dengan menolak semua perilaku koruptif rakyat yang meminta diberi selama sesuatu jika mereka ingin memilihnya dalam pileg 2014..

Natan kelahiran 9 januari 1986 ini memilih terjun ke dunia politik didorong oleh sebuah visi, ‘Kesejahteraan yang  berkeadilan sosial  bagi seluruh rakyat Indonesia sebagaimana amanat Pancasila dan UUD 1945’. Hal ini beranjak dari kegetiran yang dialaminya dalam mengenyam pendidikan, ia harus menjadi ‘babu’ berpindah dari satu orang ke orang lain demi meraih pendidikan. Karena itu pulalah ia tak meninggalkan kampung halamannya mencari pekerjaan di tempat lain yang lebih menjanjikan secara ekonomi.

Natan terjun ke dunia politik dengan memilih jalan politik berbeda dari politisi kebanyakan, ia tak membuat baliho dan spanduk untuk sosialisasi. Ia juga tak memiliki tim sukses (timses) sehingga hanya melakukan sosialisasi seorang diri. Sejak jadwal kampanye dibuka ia selalu berkeliling di dapilnya setiap hari. Ia hanya membagi-bagikan kartu namanya yang berisi visi misinya kepada setiap orang yang ditemuinya.  Banyak sebenarnya yang ingin menjadi timsesnya tapi mereka meminta sejumlah uang. Natan yang ingin memberikan pendidikan politik kepada masyarakat menolak keinginan mereka dengan berkata, ‘saya tak punya uang untuk menggaji tim sukses kalau anda mau membantu silahkan tapi saya tak punya uang untuk menggaji anda’. Karena Natan, memilih tak menyediakan uang untuk tim sukses ia ditinggalkan seorang diri.

Meskipun ia berjuang seorang diri tetapi ia masih memperoleh suara yang cukup signifikan jauh lebih banyak dari caleg-caleg lainnya yang memiliki tim sukses dan mengeluarkan banyak uang.  Natan menududuki peringkat dua dipartainya menyumbang suara lima ratus lebih berdasarkan hitung cepat, yang sekaligus mengantar partainya meraih satu kursi di DPRD Luwu Utara dari dapil tiga.

Setelah perhitungan tingkat desa selesai beberapa orang datang kepadanya bertanya tentang uang yang dikeluarkan selama mengikuti pileg. Salah satu di antaranya adalah sesama caleg  dari partai lain, ia bertanya, ‘Berapa uang yang saudara keluarkan selama mengikuti Pileg 2014 ini?’ ‘Sekitar lima belas sampai dua puluh juta rupiah’ jawab Natan.  ‘Haa’ respon caleg itu dengan mata sedikit melotot. ‘Masa’ lanjutnya dengan wajah tak percaya. ‘Ya saya tidak memiliki timses, tak mencetak baliho dan spanduk, hanya kartu nama dan kalender serta makanan untuk saksi saat perhitungan suara. Seandainya ada jaminan pemilu akan berjalan dengan fair, saya tak perlu menyediakan saksi, yang artinya dana yang akan saya keluarkan akan jauh lebih kecil’ lanjut Natan. ‘Untuk jadi kepala desa saja tak mungkin cukup dengan uang sebesar itu, tapi Bung Natan masih meraup suara yang cukup signifikan’ puji caleg itu. ‘Saya mengeluarkan dana lebih dari seratus juta’ lanjutnya lagi.

Karena kesalahan prosedur pemilu di beberapa TPS dapil tiga harus diulang. Mengetahui Nasdem hanya meloloskan satu kursi dari dapil 3 yang meliputi: Sabbang, Baebunta, Limbong dan Seko dan bukan Natan yang meraih suara terbanyak di partainya, maka banyak sekali caleg dan timses yang mendatanginya memintan Natan menghimbau konstituennya memilih mereka. Beberapa di antara mereka membawa surat perjanjian kontrak proyek bermaterai kepada Natan untuk ditanda tangani jika mereka terpilih maka Natan akan mengolah proyek itu, ada juga yang menawarkan sejumlah uang yang cukup besar. Tetapi Natan menolak sembari berkata, ‘Saya tidak mungkin menghianati partai dan konstituen saya, saya juga tidak tahu siapa yang memilih saya, jadi saya juga tidak tahu bagaimana harus membantu saudara’. Dalam kesempatan lain Natan bercanda, ‘Seandainya saya tidak takut Tuhan saya bisa langsung menikah tahun ini dengan menerima sejumlah uang yang besar itu’.

Karena Natan menolak dengan tegas, mereka pun bergerilya mempengaruhi pemilih dengan membagi-bagikan uang ratusan hingga jutaan rupiah kepada calon pemilih. Hasilnya beberapa konstituen Natan beralih hingga suaranya di TPS yang harus diulang turun hingga 25 persen. Tetapi meskipun demikian masih banyak konstituennya dibeberapa TPS yang tak mau disuap. Tak ayal pada saat perhitungan suara setiap surat suara untuk Natan, masyarakat yang hadir menyaksikan perhitungan itu serentak berkata, ‘yang memilihnya (Natan red) tidak mau uang’ yang diikuti tertawaan banyak orang.

Walaupun Natan hanya mengantarkan partainya meraih satu kursi dari dapilnya tapi ia bersyukur karena masih ada rakyat yang memilihnya walaupun tak diberi sesuatu. Ternyata masih ada rakyat yang nuraninya tak dapat dibeli. Natan telah berhasil memberikan pendidikan politik kepada konstituennya dengan memilihnya walau tanpa imbalan. Bagi Natan lebih baik gagal karena berjalan dalam kebenaran dari pada sukses dengan cara-cara yang kotor dan menghina kemanusiaan.

Natan yang berprofesi sebagai pengajar ini berharap masyarakat Indonesia semakin cerdas berpolitik untuk Indonesia yang lebih baik. Tak tergiur dengan suap dan deal-deal politik yang bermotif ekonomi. Karena itulah, ia masih berencana berkarya di dunia politik di pileg mendatang. Ia memilih berpolitik dengan ‘suara kenabian (prophetical voice)’ yaitu berpolitik dengan menyuarakan kebenaran dan keadilan walaupun dengan risiko ditolak. Ia telah berkomitmen untuk menolak dengan tegas semua perilaku yang mencederai kebenaran dan membodohi masyarakat demi Indonesia yang lebih bermartabat. Semoga jalan yang ditempuhnya ini mendapat dukungan dari masyarakat Indonesia, dan diikuti juga oleh caleg-caleg berikutnya. Karena bangsa ini membutuhkan mereka. Sukses untukmu Bro.

Biodata :

Nama : Natan

TTL : Pantilang, 9 Januari 1986

Pendidikan : Strata dua

Pekerjaan : Pendidik

Alamat : Desa Marannu Kec Baebunta Kab Luwu Utara Sulawesi Selatan

Status : Belum menikah




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline