Lihat ke Halaman Asli

Menjawab Bahaya dengan Nyawa

Diperbarui: 10 November 2018   09:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Viaduk di Jalan Pahlawan ini dibangun tahun 1924 oleh Koloniaal Belanda. (foto: Koleksi Leiden University)


Kesehatan adalah mahal harganya, apalagi sebuah nyawa. Sebuah harga yang nilainya tidak diketahui besarannya. Setiap hari kita berusaha untuk hidup sehat, untuk menjaga agar kita tidak terkena penyakit, karena itu cara mudah mengurangi biaya tak terduga yang mungkin ditimbulkan bila sakit, dan untuk memastikan waktu kita tidak dihabiskan dalam merasakan rasa sakit.

Semalam konsentrasi saya sangat terusik, saat mendapatkan kiriman berita di grup WA teman-teman relawan, yang mengabarkan berita tentang sebuah acara di Surabaya yang diselenggarakan untuk memperingati Hari Pahlawan 10 November 2018. 

Acara dengan tajuk SURABAYA MEMBARA tersebut diselenggarakan di area Tugu Pahlawan Surabaya tersebut berlangsung rutin setiap tahunnya. Masyarakat Surabaya yang selalu antusias sudah tentu ingin mendapatkan yang terbaik untuk bisa menikmati acara.

Sebuah acara di area yang cukup luas tentu akan mudah dinikmati dari tempat yang posisinya agak tinggi / cukup tinggi. Inilah yang memungkinkan banyak warga Surabaya memanfaatkan viaduk (jembatan kereta api di atas jalan raya) untuk nonton. Viaduk mempunyai posisi sangat strategis, karena ada di ketinggian 7 meter di atas jalan raya. Ada juga yang memanjat di atas gapura agar bisa mendapatkan pandangan dengan baik.

Bolehkah kita memanfaatkan viaduk untuk aktivitas umum?

Perlu kita pahami, jalur kereta api adalah jalur steril. Area yang harus bersih dari aktivitas lainnya, karena saat rangkaian kereta api dengan berat ratusan ton lewat, obyek statis yang ada di sekitar jalur kereta api akan rawan tersenggol. Di negara-negara maju, aturan tegas diberlakukan agar jalur kereta menjadi jalur yang steril.

Meskipun pada saat kejadian semalam kereta yang lewat sudah berjalan sangat pelan dengan kecepatan 15 kilometer per jam, tetapi karena jalur tidak steril, banyaknya penonton yang memanfaatkan area yang tidak semestinya dipakai untuk menonton, akhirnya desak-desakan berujung dengan meninggalnya dua warga yang jatuh ke atas rel dan juga jatuh dari viaduk setinggi 7 meter ke jalan raya.

Insiden yang terjadi pada pukul 19.45 WIB tersebut juga melukai belasan penonton, baik luka berat maupun ringan. Ini peristiwa yang tidak boleh terulang lagi. Dalam peristiwa ini jelas-jelas kelalaian warga yang ada di lokasi kejadian, terutama yang ada di atas viaduk

Bukan salah panitia maupun pihak keamanan. Karena dari beberapa informasi teman saya yang ada di lokasi, baik panitia maupun pihak terkait sudah memberikan peringatan untuk menghindari lokasi tersebut.

Ini pelajaran bagi semua pihak, agar tidak terulang lagi. Viaduk dan jalur kereta api harus jauh dari aktivitas massa. Karena lengah sedikit akan bisa menyebabkan tragedi yang tidak diinginkan oleh semua pihak. Mau menyalahkan siapa dalam kejadian ini? Mari menyalahkan diri sendiri. Karena telah menempatkan diri dalam bahaya yang dibayarnya dengan nyawa.

Semoga SURABAYA MEMBARA tidak menjadi SURABAYA BERDUKA untuk kedepannya, jangan sampai peristiwa terulang lagi di manapun di negeri ini.Selamat Hari Pahlawan!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline