Kehadiran kereta api Bandara Soekarno Hatta merupakan bagian penting dari salah satu strategi mengurai kemacetan jalur aspal dari ibu kota menuju bandara. Sejak ujicoba dimulai pada Desember 2017 lalu, kebijakan demi kebijakan diambil untuk memaksimalkan fungsi jalur baru ini.
Saat awal dibukanya jalur kereta api bandara, antusias masyarakat cukup tinggi, karena masyarakat ingin merasakan akses yang lebih pasti, dengan ketepatan waktu yang lebih bagus, dan kenyamanan yang lebih baik dibanding moda transportasi lainnya.
Jalur kereta ini melewati rute sebagai berikut : Manggarai - Sudirman Baru - Karet - Tanah Abang - Duri - Grogol - Pesing - Bojong Indah - Kalideres - Batu Ceper - Bandara (PP).
Empat bulan berjalan sejak pertama kali diujicobakan, rute ini terbilang cukup laris. Tetapi dalam prosesnya terdapat beberapa hal yang menjadi tumbal karena salah perhitungan. Strategi yang diterapkan oleh Kementerian Perhubungan dengan target perjalanan Kereta Bandara dengan sebanyak 82 perjalanan setiap hari berimbas bertumpuknya penumpang di Stasiun Duri. Hal ini karena belum siapnya infrastruktur di Stasiun Duri untuk mengantisipasi lonjakan lalu lintas kereta.
April 2018 ini penumpukan penumpang di Stasiun Duri cukup membuat resah, dan sempat menjadi viral di media sosial. PT KCI selaku operator melakukan beberapa evaluasi dan rekayasa agar bisa mengatasi penumpukan penumpang. Selain menambahkan jumlah rangkaian kereta, menjadi SF10 dan SF 12 yang awalnya dengan 8 rangkaian. Ini semata-mata untuk menambah volume penumpang dalam sekali jalan.
Pengaturan peron pun ikut disesuaikan, pembagian area naik turun di stasiun Duri adalah sebagai berikut:
- Peron Jalur 1: Melayani KRL tujuan Angke / Kampung Bandan / Jatinegara.
- Peron Jalur 2: Melayani KRL Tujuan Tanah Abang / Manggarai / Depok / Bogor.
- Peron Jalur 3 dan 4: Melayani KA Bandara Soekarno Hatta dan masih memungkinkan untuk melayani naik turun pengguna jasa KRL melalui pengaturan operasional
- Peron Jalur 5: Malayani KRL Duri - Tangerang
Selain itu, untuk mengatasi kepadatan penumpang yang masih terjadi, diatasi dengan penambahan jumlah akses keluar dan pindah peron, serta jumlah petugas peron dari 23 menjadi 25 personil. Jumlah petugas pelayanan penumpang pun ditambah dari 2 menjadi 7 petugas.
Kepadatan arus penumpang di Stasiun Duri terus bergerak di angka 20.000 sampai 22.000 penumpang keluar dan masuk stasiun. Sementara untuk jumlah penumpang transit berada di kisaran angka 35.000 sampai 40.000 penumpang setiap harinya.
Saat ini Kereta Bandara masih memanfaatkan 50 perjalanan setiap harinya dari rencana 82 perjalanan setiap hari. Hal ini dilakukan karena belum siapnya infrastrutur yang ada. Hal yang menurut saya cukup dipaksakan, karena disaat infrastruktur belum siap, sudah 50 perjalanan dioperasikan, imbasnya ya banyak penumpang yang capai berdiri di Stasiun Duri, karena kebijakan Pak Menteri Perhubungan ini.
Bila 82 perjalanan Kereta Bandara sudah lakukan, akan seperti apakah tumpukan penumpang di beberapa stasiun. Tumpukan ini bukan tumpukan penumpang Kereta Bandara, tetapi tumpukan penumpang KRL yang jadwalnya bergeser dan berkurang akibat jalurnya terpakai kereta bandara.
Jumlah penumpang KRL setiap harinya saat ini mencapai 1 juta penumpang, jumlah yang sangat banyak, jangan sampai kesalahan dalam membuat kebijakan menambahan frekuensi Kereta Bandara sebelum infrastruktur siap membuat rutintitas pelanggan KRL dikorbankan.
PT KCI saya lihat cukup kerepotan merespon kebijakan Menteri Perhubungan dalam masalah Kereta Bandara ini. Menteri Perhubungan juga terlihat panik karena riuhnya komplain di media sosial, sampai-sampai dia sidak juga ke Stasiun Duri.