Lihat ke Halaman Asli

Andaikan FPI itu Punya .....

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13294738901346595420

Bila mendengarkan berita soal FPI (Front Pembela Islam), sudah tentu kita akan tahu arahnya kemana berita itu berujung. Ada yang pro, dan ada yang kontra. Pemberitaan yang marathon di media, baik cetak maupun non cetak, juga pemberitaan melalui jejaring sosial, mayoritas lebih banyak yang menyudutkan FPI. Nah... kenapa hal ini bisa terjadi? Disini saya tidak akan membicarakan apakah sikap FPI itu benar atau salah, itu semua saya serahkan pada masing-masing untuk berpendapat, tetapi saya akan mengupas apa yang seharusnya ideal dilakukan FPI ke depan. Bukan maksud saya sok pintar, tetapi hanya mengemukakan sebuah opini, yang mungkin ini bisa membantu. Kita tahu, di Indonesia masyarakatnya mempunyai kebiasaan menyimpulkan sebelum memahami, hal ini terjadi dalam banyak hal. Entah kebiasaan itu terjadi karena faktor pendidikan, atau faktor ingkungan. kita lebih asyik meniupkan hal-hal negatif daripada sesuatu yang positif. Pemberitaan tentang FPI yang mayoritas berbau negatif, hal ini tentu ada sebabnya. Bisa jadi itu fakta, bisa jadi itu pembunuhan karakter yang dikelola oleh oknum-oknum tertentu dengan kecerdasan tingkat tinggi, atau bisa terjadi dengan begitu saja. Apa yang harus dilakukan oleh FPI dalam hal ini? Bila di dalam pengadilan kita sering mendengar istilah "asas praduga tak bersalah", beda dengan pemberitaan media yang lebih menomor duakan hal tersebut, semua tentu orientasinya pemberitaan mereka diminati banyak orang, sehingga mampu menyedot pembaca / pendengar / pemirsa sebanyak mungkin, sehingga iklan bisa masuk. Berita-berita yang sumbernya tidak lengkap, kadang tidak aktual, berani memberitakan dengan bombastis. Apalagi berita itu dilihat oleh mereka pengguna jejaring sosial, yang kemudian mengopinya kedalam jejaring sosial. Alhasil dalam hitungan menit ada jutaan orang membacanya, disinilah informasi satu arah terjadi, dan biasanya dibumbu-bumbui. Bagaimana idealnya FPI harus bersikap? Cobalah untuk membuat suasana tenang terlebih dahulu, karena saat ini terlalu banyak pemberitaan yang miring menerpa FPI.  Kemudian bentuk tim khusus dalam internal FPI, yang tugasnya memberikan informasi secara lengkap kepada semua pihak, semacam PR / humas yang dikelola secara serius. Buat website khusus tanya jawab, kantor khusus bila perlu, bikin akun Twitter dan FB atau jejaring sosial lainnya, yang tujuannya untuk komunikasi dua arah. Rangkul semua media, baik cetak maupun elektronik. Informasikan kegiatan yang akan dilakukan, jangan biarkan media mengetahui kegiatannya disaat kegiatan itu sudah dilakukan. Dalam hal ini tujuannya, media mendapatkan informasi yang lengkap tidak separo-separo. Sehingga apabila ada hal pemberitaan yang salah, bisa dengan mudah FPI memberikan faktanya. Bila perlu semua kegiatan pertemuan dengan wartawan disaat jumpa pers di dokumentasikan dalam bentuk video, dan di posting via youtube. Sehingga masyarakat tahu kejadian sebenarnya. Dimanapun, dengan keterbatasan tempat / waktu, media selalu memanfaatkan hal yang menarik dalam pemberitaan. Dan biasanya sesuatu hal yang benar itu tidak menarik untuk diberitakan, dan mereka memilih hal yang tidak benar / negatif untuk diberitakan. Untuk sebuah media cetak, mereka lebih senang memasang foto dan artikel perusakan menjadi headline, itu akan menarik orang membeli koran / majalan / tabloid tersebut. Buat media elektronik, terutama televisi, orang pasti akan mendekat bila melihat sebuah aksi pengrusakan di televisi mereka, itulah dunia media sekarang ini. Cobalah lakukan pendekatan ke semua pihak dengan hati yang dingin, dengan informasi yang jelas, dengan sapaan yang ramah. Pada dasarnya semua orang ingin ketenangan. Tidak ada agama yang salah, karena tujuannya pasti mengajarkan kebaikan. Bila FPI melihat ada hal-hal yang kurang pas, misalnya tempat maksiat, atau pelanggaran-pelanggaran norma-norma orang hidup beragama, datangi mereka dengan baik-baik, duduk bareng-bareng, ajak rekan-rekan media untuk meliputnya. Saya yakin hal ini akan lebih efektif, mereka yang FPI tegur akan dengan sendiri mau mengubah sikapnya yang salah, karena banyak saksi media yang juga memberitakannya. Mungkinkah hal ini dilakukan? Saya kira sangat mungkin, tentunya dengan sosialisasi yang tepat, FPI akan mendapatkan tempat yang baik di masyarakat Indonesia. Tidak semua kesalahan harus dilawan dengan berbuat salah. Dan perlu diingat, tidak ada orang yang sempurna di dunia, semua orang pasti bisa dan pernah berbuat salah. Tidak ada salahnya kita menegur secara baik-baik. Bila ini dilakukan oleh FPI, mungkin mereka yang salah akan dengan senang hati diingatkan. Masalalu bisa salah, tetapi masa depan selalu benar, dan mari kita isi sesuatunya dengan hal-hal yang benar. Itulah sekelumit "nasehat" atau sikap sok tahu saya, yang coba saya tuangkan disini. Semoga tulisan ini bermanfaat. [ @mbahTonno | Jakarta 17 Februari 2012 ]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline