"Menipu teman itu sebuah keasyikan. Benar-benar mengasyikan lho... mau nyoba?"
Kalimat di atas berkonotasi negatif, ya memang sebenarnya itu adalah hal negatif. Mari kita baca seberapa negatif penipuan yang SAYA lakukan, tujuannya memang UNTUK MENCARI KEUNTUNGAN MATERI, yaitu materi tulisan ini. Karena yang saya tipu memang tidak merasa dirugikan, bila yang saya tipu membaca tulisan ini, dan pasti akan membacanya, pasti malah akan tertawa.
Kemarin aku dan beberapa teman dari Kompasiana di grup aplikasi WhatsApp ngobrol seperti biasa, ya semua tentang hal-hal untuk membunuh waktu diantara rutinitas kerja. Tiba-tiba timbul ide untuk mengerjai teman-teman. Ku mulai dari "menipu" Bu Seno,
Aku tanyai Bu Seno tentang alamatnya, "Tinggal dimana bu?" tanyaku, bla bla bla terjadi dialog soal alamat, dan ini membuat teman2 di grup pada mlongo, karena aku yang notabene bukan orang Jakarta bisa paham / hapal betul daerah Pondok Betung, detail jalan sampai kampung, sampai lingkungannya bisa kusebutkan satu per satu. Sampai nama nama tetangganya aku sebutkan juga, dari puskesmas, sekolah, pasar di kampungnya kusebutkan. Dengan percaya diri Bu Seno menjelaskan, rumahku yang di sini, dekat yang ini. Satu sudah kena tipu pikirku.
Sasaran Berikutnya adalah Dina, yah... ini sasaran empuk, juga. Karena dijamin nggak marah, paling-paling kalau ketemu cuma dilempar sendal (kalimat yang paling Dina hapal kalau sedang marah). "Rumahmu dimana Din" tanyaku. Lalu dia cerita, di Bogor, daerah ini. Kali ini dengan percaya diri aku langsung tanya perihal rumahnya di daerah Cimanggu Bogor. Mulai dari masuk di depan perumahan, bahkan kolam renang disana pun aku paham. Kolam renang Marcopolo dengan seluncurannya dan patung-patung pinguinnya. Kali ini Bu Seno malah nyeletuk, "tuh, mbah Tonno aja tahu kolam renang Marcopolo" diskusi di grup kemarin sore membuatku terhibur, dan tersenyum-senyum.
Giliran selanjutnya yang menjadi sasaran penipuanku adalah Alex, nah... biar nggak wanita terus yang kutipu, kali ini cowok juga. "Rumahmu dimana Lex?" dan bersambut dengan penjelasan kalau dia tinggal di Sawangan, yang kurang lebih 14 km dari rumah Dina. Terjadi dialog dengan alex yang ternyata dia tinggal disebuah perumahan. Kutanya dia, kalau dengan lapangan ini, dengan masjid ini, dengan rumahnya di Doni? dan lain-lain. Dengan tulus ikhlas dan halal Alex menjelaskan juga. Hingga Alex pun bilang, "Wah, besok cari ah, rumahnya Doni, dekat telaga". Kena deh Alex tertipu olehku.
Sambil ketawa-ketawa sendiri pas dijalan aku cerita ke Dessi. Terus terang aku belum sempat nipu Dessi karena waktuku keburu-buru harus menghadiri acara komunitas di daerah Adityawarman. Kubilang ke Dessi aku punya bahan tulisan sekarang. Mau dilempar sendal oleh Dina aku dah siap, asal satu kontainer, biar bisa kujual lagi.
Nah... terus penipuannya dimana?
Penipuannya karena aku nggak hapal betul itu dimana Pondok Betung, itu Cimanggu, apalagi soal kolam renang di Cimanggu, Juga soal pasar, puskesmas, sekolah di lingkungannya Bu Seno. Si Doni di dekat rumah Alex aku juga nggak kenal. Semua kudapat karena aku memanfaatkan teknologi saja. Dengan kecanggihan teknologi sekarang aku bisa mencari data seseorang, dengan sedikit kepintaran, seseorang bisa kuselidiki dimana dia berada, bagaimana keluarganya, no teleponnya, dan lain-lain. Ini fakta bukan hoax.
Contoh kejadian lain, kira-kira Nopember 2011 lalu, ada follower baru di akun twitku @mbahTonno, karena namanya nggak jelas, juga dengan avatar yang nggak jelas, kulihat dia kalau nulis twit kok sepertinya penuh kemarahan, tapi dia sangat menyembunyikan identitasnya. Terus terjadi beberapa kali dialog denganku. Hingga akhirnya aku bilang, meskipun dia menyembunyikan identitasnya, aku bisa kok mencarinya. Gayung bersambut, dia balik menantang, "Coba kalau bisa!", Nah malam itu mencadi malam yang mengasyikan karena aku harus mengobrak-abrik data di online, dan dengan strategi khusus akhirnya kudapat semua data tentang dia, dan kusebutkan semua yang kutahu, hingga akhirnya dia malu. Karena aku bisa menyebutkan siapa dia, siapa keluarganya, kakaknya, no telepon rumah, no hp keluarganya, usaha keluarganya, nama (bekas) suaminya, kapan dia sidang cerai, siapa saksi-saksi pas sidang, kapan resmi cerai, rumahnya menghadap kemana, bahkan merk TV dirumahnya, dan lain-lainnya.
Pernah juga ada teman di Cileduk yang karena dia penasaran kok aku sampai tahu benar kondisi di kampungnya, sampai-sampai dia tanya ke suaminya, kenal nggak dengan aku, kok sampai tahu ada tanah dijual dikampungnya, ada rental PS di depan gang, dll.