Dengan kondisi yang sulit, siapapun harus mau menanggalkan statusnya agar yang di cita-citakan dapat berhasil melalui cara yang baik dan halal. Pertama kalinya saya membayar harga untuk menyambung hidup selama kuliah di perantauan. Kuliah sambil bekerja bagi sebagian mahasiswa seumpama bahan bakar untuk kendaraan agar bisa digunakan atau mungkin seperti jembatan penyebrangan untuk menuju seberang sungai.
Sejak pertengahan Oktober tahun lalu, saya mendapatkan kesempatan bekerja pertama kalinya sebagai Cook Helper pada salah satu Cafe yang terletak di batas kota Salatiga. Kesempatan pertama saya bekerja di dapur dan belum mempunyai pengalaman bekerja sebelumnya. Namun saya diterima, saya sangat menghargai itu! Satu orang mahasiswa yang sedang susah terselamatkan.
Mas Riz, bolehkah mulai minggu depan saya minta jadwal libur kerja setiap hari senin? Ucap saya kepada rekan kerja yang dipercayakan untuk membuat jadwal karyawan setiap minggunya. Baik Mas Pit, saya jadwalkan! Tandasnya. Tentu ini setelah melalui diskusi dengan teman-teman karyawan khususnya staf dapur. Syukurlah jadwal bimbingan saya tidak bertabrakan dengan jadwal bekerja.
Selain bekerja, saya sedang menggumuli kuliah saya yang belum selesai, terutama proposal skripsi yang sudah lama mangkrak. Dengan penuh ragam dinamika menyertainya, hingga saat ini belum juga diseminarkan meskipun nilai A sudah melekat di transkrip nilai. Tidak terasa sudah empat semester saya habiskan waktu begitu saja hanya untuk barang ini. Makanya semester ini, saya tidak mau untuk menundanya lagi. Harus tuntas! Apalagi sudah ada desakan dari orangtua supaya segera lulus "masa kamu gak malu sama adikmu yang kuliahnya belakangan namun wisuda duluan?"
Proses dan dinamikanya sangat panjang, meskipun lelah namun saya menikmati prosesnya. Bahkan komitmen saya pantang lulus dengan jalur lain. Awalnya karena terlalu idealis dan tidak mau jadi pecundang, saya mengulang proposal dengan dosen yang sama, padahal sudah diberi saran oleh teman-teman untuk ganti pembimbing. Lalu semester berikutnya saya ganti pembimbing, setelah tidak ada tanda-tanda untuk bisa kelar, pada pertengahan semester saya berhenti bimbingan. Semester berikutnya saya mengajukan ganti pembimbing, juga belum berhasil diseminarkan, bahkan sudah ganti judul.
Mengawali tahun baru 2024, melalui pertimbangan yang matang saya memutuskan berpindah rumpun ilmu. Ganti judul dan ganti pembimbing, mulai kembali dari awal. Pengorban yang besar! Melawan ego lalu memantapkan hati untuk sungguh-sungguh menekuni rumpun ilmu yang baru. Siapa tau jalannya di rumpun ilmu Pidana bukan HTN meskipun sejak awal jatuh hati dengan HTN. Namun mungkin bukan jalan ninja saya supaya lulus cepat.
Hasil perenungan selama perjalanan pulang-pergi bekerja, apalagi bila sepanjang perjalanan dilanda hujan deras dan panas terik. Pasti bawaannya mikirin lulus cepat.
Meskipun sambil bekerja namun dengan memaksimalkan waktu yang ada akhirnya bisa tuntas. Empat kali bimbingan, draft proposal saya mendapatkan lampu hijau untuk bisa diseminarkan. Puji Tuhan saya bisa mengikuti seminar proposal. Indah pada waktunya!
Menjadi istimewa karena prosesnya lebih rumit namun nikmat meskipun harus mengulur waktu.
Dalam prosesnya, ada sesuatu yang sangat istimewa. Selain tepat memilih dosen pembimbing dan rumpun ilmu Pidana yang menjadi jalan ninja saya untuk segera lulus. Siapa sangka pojokan dapur untuk saya bekerja menjadi tempat merampungkan proposal skripsi tersebut. Tepi meja sisa tempat menata peralatan makan setelah selesai di cuci dan sebuah dus tempat penyimpanan beras terpaksa saya diam-diam jadikan alas duduk "semoga tidak rusak". Itulah seperangkat fasilitas penunjang yang saya gunakan untuk bekerja sambil belajar, dihiasi dengan pemandangan piring dan sendok yang telah tersusun rapi. Mulai dari menemukan isu hukum, mengumpulkan bahan dan teori, kemudian menentukan judul, menyiapkan draft hingga mengerjakan revisi yang akhirnya proposal tersebut layak diseminarkan. Selain itu, entah sejak kapan saya seperti mengakuisisi pojokan dapur tersebut karena paling sering saya duduk di situ. Bahkan terkadang jika saya shift pagi, meskipun sudah selesai bekerja, saya tidak langsung pulang. Justru waktu yang panjang untuk belajar sampai menunggu cafe tutup.
Tentu setelah pekerjaan utama selesai; plating makanan, mencuci peralatan masak dan makan, lalu memastikan dapur kembali bersih. Meskipun kadang saya lalai untuk memastikan semuanya beres.