Hai cinta, bagaimana kabarmu? Selalu aku berharap kau dalam keadaan baik-baik saja. Jangan tanyakan bagaimana keadaanku saat ini, karena saatku menulis ini aku merasa ada sesuatu yang menghamtam tumbuhku hingga aku terkapar tak berdaya. Tak bisa ku jelaskan bagaimana detail keadaanku saat ini, tapi yang aku tau, aku sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja. Lama tak berada disampingmu, tertawa dan berbicara bersama membuatku terbiasa tanpamu, tanpa waktu yang biasa kita lewati bersama. Belum lama ini, kita selalu melewati waktu bersama tanpa pikiran aneh yang membuat tembok pembatas besar di antara kita. Tapi, taukah kau bahwa kini aku begitu berat menjalani hari-hari tanpamu, sering kali semilir angin membawaku kembali ke masa lalu untuk melihat rekaman perjalanan akan waktu yang pernah terlewati bersama dan tanpa sengaja bulir-bulir hangat sering kali jatuh dari pelupuk mata.
Hening seringkali menamparku begitu keras hingga aku tergelepar tak sadarkan diri, Bodoh! Begitu ungkapnya. Aku sekuat tenaga berlari, tapi lagi dan lagi bayangmu selalu muncul. Kau tau cinta, bagaimana aku harus bersikap kepada pikiran yang sering kali menyakiti tubuhku tanpa henti? Tersenyum, tertawa, menangis, merengek bak anak kecil tanpa permen, berlari, bernyanyi, ya begitu saja berulang-ulang di setiap waktu yang aku lewati akhir-akhir ini. Dini hari hening membangunkanku, memintaku menceritakan segala kepada Robb ku, lalu terbayang tatapan kosong darimu. Setelahnya tetiba separuh hatiku kebas, kembali terdiam dan tetiba kembali bulir-bulir hangat jatuh dari pelupuk mata. Cinta, aneh memang rasa yang entah apa namannya ini membuat yang dekat menjadi jauh dan yang jauh menjadi semakin jauh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H