Mentari menertawakan ku yang tak henti coba berkamuflase
Begitu pun rembulan tak henti menepuk jidat saat ku bilang ingin terbang
Pikiran ku mulai riuh melempar tanya
Untuk apa? Untuk apa? Untuk apa?
Aku cenderung berseri tanpa empati
Namun tak lama kemudian bersusah hati
Tidak ada alasan sakti
Hanya terjadi secara pasti
Ku coba ambil kendali
Tapi tak kunjung terkendali