Lihat ke Halaman Asli

Bahasa Jawa Di Tengah Arus Deras Bahasa Asing

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Kamis siang, 18 Juli 2013, ada perasaan trenyuh saat aku mendengar seorang kawan berbicara menggunakan bahasa Jawa Krama Inggil. Sudah lama rasanya aku tidak mendengar teman seumuran berbicara dalam bahasa itu di lingkungan perantauanku sekarang. Umumnya, bahasa yang aku dengar adalah bahasa Jawa Ngoko, bahasa Indonesia, bahasa Sunda, dan bahasa Inggris.

Aku jadi teringat dengan nilai-nilai yang menghiasi raporku saat masih menempuh sekolah menengah. Tak jarang aku mendapatkan nilai bahasa Inggris yang lebih tinggi dibanding bahasa Jawa. Bagai sebuah sentakan yang membangunkanku dari mimpi. Frekuensi penggunaan bahasa Inggris yang lebih tinggi membuatku tidak lancar berbahasa Jawa, khususnya Krama Inggil. Bahkan, tak dapat dipungkiri jika aku lebih memilih untuk menggunakan bahasa Indonesia ketimbang bahasa Jawa Krama Inggil saat berbincang dengan orang yang lebih tua di sekitarku. Takut salah memilih kata.

Dalam bahasa Jawa memang ada semacam tingkatan dalam penggunaannya. Gaya bahasa yang digunakan untuk berbicara dengan teman sebaya tidaklah sama dengan gaya bahasa kepada orang yang lebih tua. Hal tersebut juga ditemukan dalam bahasa lain, seperti bahasa Sunda, bahasa Bali, dan bahasa Inggris sekalipun.

Kurangnya kesadaran untuk melestarikan salah satu unsur budaya tersebut bisa jadi penyebab utama. Minimnya lawan bicara pengguna bahasa tersebut juga dapat dijadikan sebagai faktor penyebab. Mungkin ada pula faktor internal maupun eksternal lainnya, tetapi dengan menyadari hal ini terlintas pertanyaan dalam otakku. Akankah bahasa Jawa, khususnya Krama Inggil, mampu bertahan di tengah derasnya arus minat masyarakat lokal untuk menyelami bahasa asing? Mungkinkah kelak diperlukan lembaga bimbingan bahasa Jawa di tanah sendiri layaknya lembaga bimbingan bahasa asing yang sudah menjamur di negeri ini?

“…hargailah dan pergunakanlah sebaik-baiknya segala sesuatu yang kita terima dari Tuhan…”

Penggalan Sandi Ambalan semasa aku mengikuti kegiatan Pramuka di SMA terlintas di benakku. Ya, bahasa Jawa adalah salah satu hal yang kita terima dari Tuhan sebagai warisan yang harus dijaga dan dilestarikan. Mari pertahankan “identitas diri” dalam mengarungi era globalisasi ini.

Hayoo… sapa sing bisa ngomong Jawa?

210713 / 10:42 p.m.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline