Suatu waktu di era 1990-an, saya menonton sebuah quiz TV yang dipandu oleh Chris Biantoro (maaf lupa nama quiznya), quiz itu menguji pengetahuan peserta tentang hal unik dari daerah-daerah di seluruh Indonesia. Saat itu ada peserta quiz memilih NTT dan ketika dibuka, pertanyaannya berbunyi kurang lebih seperti ini, "Pada malam hari, jalanan utama Kota Kupang dihiasi kerlap-kerlip lampu yang indah dengan bunyi musik yang menggema, dari manakah itu berasal?" Tersedia 3 pilihan: (a). Cafe di pinggir jalan, (b). Angkutan kota, (c). Pedagang kaki lima. Ketika pembawa acara menyebut angkot sebagai jawaban yang benar saya berkata, "wah berarti angkot di Kupang tergolong unik dong!" Beberapa waktu kemudian ketika saya menginjakkan kaki di P. Jawa barulah saya paham. Angkot di Kupang jauh lebih menarik dan terasa nyaman dibanding angkot di kota-kota besar seperti Surabaya, Semarang, Bandung bahkan Jakarta setelah saya merasakan sendiri. Bemo Kupang. (wilsontherikreportage.wordpress.com) Di Kupang angkot disebut "bemo," bukan "becak bermotor" roda tiga tapi kendaraan roda empat jenis mikrolet. Bemo Kupang memang unik, tak ubahnya diskotik berjalan karena tampilannya yang menarik dan selalu full music. Itu semua bertujuan menarik calon penumpang. Bemo yang kurang menarik pasti sepi penumpang, sebaliknya yang nyentrik selalu full. Calon penumpang akan memilih menunggu bemo yang bagus untuk ditumpangi kecuali terburu-buru. Terlebih para ABG, banyak maunya, mereka akan memilih lebih baik terlambat masuk sekolah daripada menumpang bemo yang kurang "gaul." Hehehe... Bemo dirias cantik mulai dari nama kendaraan, asesoris seperti boneka dan berbagai hiasan kaca, lampu warna-warni, hingga stiker gambar dan kata-kata kocak berbahasa Kupang pada kaca jendela dan pintu. Bemo dirawat bersih dan "kinclong", joknya empuk dan disarungi dengan rapi, juga diberi pengharum mobil. Tak ketinggalan bempernya dimodifikasi agar lebih keren. Tak jarang polisi harus turun tangan menertibkan asesoris bemo yang dinilai mengganggu pandangan pengemudi dan gambar-gambar yang terlampau vulgar.
Asesoris interior depan standar. (kivafellows.wordpress.com) Bemo dilengkapi sound system yang cukup komplit mulai dari tape/VCD, subwoofer, hingga loudspeaker besar yang ditempatkan dibawah kursi penumpang. Sopir memutar lagu-lagu pop yang sedang hits non-stop. Tapi anda tidak akan mendengar lagu dangdut diputar dalam bemo, selain karena tidak diminati juga tidak elok berjoget di dalam bemo. hehehe... Hampir mustahil menemukan bemo di Kota Kupang yang tidak dilengkapi fasilitas ini. Mungkin karena kebutuhan pengguna angkutan umum akan hiburan sudah terpenuhi maka anda tidak akan menjumpai satupun pengamen di jalanan Kota Kupang. Saking dimanjakan, bemo sering menjadi tempat yang nyaman bagi anak muda untuk memadu kasih (saya tidak pernah lho! hehehe...). Biasanya para ABG memilih berlama-lama bersama kekasihnya berada dalam angkot atau biasa disebut "pesiar bemo." Pesiar bemo adalah istilah anak muda untuk aktivitas plesiran menumpang bemo (berdua atau beramai-ramai) tanpa tujuan jelas, mengikuti saja kemana perginya bemo sambil menikmati suasana nyaman di dalamnya. Dikenai tarif lebih tentunya bila menumpang lebih dari satu trayek. Pesiar bemo tidak begitu menguras kantong karena tarif bemo jauh dekat sama, pelajar Rp. 1.500.- sedangkan dewasa Rp. 3.000.- "Naik ko nona? Naik ko nyong?" Teriak si konjak. (agishoutofwater.blogspot.com) Bemo Kupang tidak seperti angkot di kota lain yang hanya diawaki sopir. Bemo dilengkapi dengan seorang kondektur yang disebut "konjak." Entah kenapa kondektur di Kupang disebut konjak, karena konon istilah konjak singkatan dari "kondektur Jakarta." Mungkin awalnya dulu kondektur-kondektur berasal dari Jakarta. Hehehehe... Tugas konjak adalah membantu sopir, membersihkan bemo, berteriak memanggil penumpang, memungut ogkos, mengatur tempat duduk penumpang hingga menaikturunkan barang bawaan penumpang. Trayek bemo disebut "lampu" yaitu nomor untuk membedakan rute mana bemo itu melayani. Misalnya bemo lampu 2 melayani rute Kupang-Kuanino-Sikumana-PP, lampu 6 melayani rute Kupang-Oebobo-Oebufu-PP dan lainnya (cat. hampir semua trayek bertemu di pusat Kota Kupag). Ada lampu yang merupakan kombinasi dua rute misalnya lampu 27 melayani rute gabungan lampu 2 dan lampu 7. Jika anda orang baru yang hendak bepergian cukup tanya, "kalau ke tempat ini numpang lampu berapa?" Dan anda sudah bisa bepergian tanpa takut tersesat. Tulisan nomor lampu biasanya diletakkan di bagian atas kendaraan dan mudah dibaca. Calon penumpang juga dipermudah dengan warna bemo yang disesuaikan dengan daerah yang dilayani misalnya bemo yang melewati daerah Kota Baru berwarna biru, yang melewati daerah Oepura berwarna putih dll. Bemo lampu 10, melayani rute Kupang-Pasir Panjang-Kota Baru. (geralmanu.wordpress.com) Daya muat bemo dibatasi 14 org: 2 di depan, 7 di belakang kanan dan 5 sebelah kiri. Tidak tersedia kursi serep di belakang sopir atau di ujung belakang untuk menghindari terlalu berdesakan. Kenyamanan penumpang memang cukup menjadi perhatian awak bemo. Satu lagi yang menarik dari menumpang bemo di Kupang adalah wanita "dilarang" duduk di kursi depan. Ini bukan masalah diskriminasi tapi seolah ada anggapan bahwa wanita yang duduk di kursi depan adalah "apa-apanya" sopir, entah itu majikan, istri, anak atau pacar. Mengingat penumpang wanita umumnya bukan apa-apanya sopir, maka amannya duduk di belakang dari pada nanti dicurigai macam-macam. Hehehe... Jadi kalau anda gadis kinyis-kinyis atau wanita matang manggis (pinjam istilah Pakde Kartono) yang datang Kupang, jangan coba-coba menumpang bemo lalu duduk di kursi depan, nanti dikira pacarnya sopir. Parahnya lagi kalau si sopir sudah punya istri dan ketahuan istrinya maka anda bisa dituduh selingkuhan sang suami. Hehehe....
Bukan pemandangan langka. (kivafellows.wordpress.com) Kalau jalan-jalan ke Kupang, sempatkanlah pesiar bemo...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H