Lihat ke Halaman Asli

Piter Julius Vero

Be a Good Moslem or Die as Syuhada

Helmi Hasan ; Antara Cinta, Fitnah, dan Doa

Diperbarui: 18 September 2020   18:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Walikota Helmi Hasan mengantarkan langsung bantuan Beras dan Mie kepada warga Kota Bengkulu yang terdampak Covid-19. (Media Center Kota Bengkulu)

Oleh : Bang Hend*

Fenomenal, Inspirator dan Visioner, kalau boleh begitulah saya meggambarkan sosok seorang Helmi Hasan.Tokoh muda yang menjadi panutan banyak orang. Di usia yang belum genap paruh baya, pria berjanggut lebat ini telah memberikan sederet prestasi. Langkah politik yang diambilnya dibangun dari keaktifan organisasi di bangku kuliah, menjadi anggota DPRD kota Bengkulu, anggota DPRD Propinsi Bengkulu, kemudian Walikota Bengkulu 2 periode. Karier politik yang nyaris sempurna.

Saya tidak akan "flash back" terlalu jauh, saya rasa cukup dimulai pada saat Helmi Hasan menjabat Walikota Bengkulu pada periode awal. Masih kental dalam ingatan saya, bagaimana Helmi Hasan begitu membumi dengan jargon "APBD Untuk Rakyat". Menggunakan kendaraan dinas Walikota, Wakil Walikota dan para unsur Pimpinan DPRD Kota Bengkulu yakni hanya Kijang Innova.

Kenapa harus Innova? Helmi waktu itu menjawab, APBD itu bersumber dari uang rakyat dan penggunaanya harus berpihak kepada rakyat. Program 1000 jalan mulus, Jemput Sakit Pulang Sehat Insya Allah dan Satu Milyar Satu Kelurahan (Samisake) menjadi mercusuar pengimplentasian APBD untuk rakyat.
Itu saja? Tentu saja tidak, Pria kelahiran Provinsi Lampung 40 tahun silam ini bahkan sempat membuat geger seantero jagat. Sayembara berhadiah bagi semua warga Bengkulu yang mengerjakan sholat Dzuhur setiap hari Rabu selama 40 kali tanpa putus di Masjid Akbar At Taqwa, Kota Bengkulu. Sederet hadiah pun disiapkan, mulai mobil pribadi sang wali, motor dari para donatur dan umroh menjadi motivasi.

Banyak yang bersemangat mengikuti sayembara ini tapi banyak pula yang mencemoohnya. Helmi pun di caci dan di fitnah. Azan sosial sang Wali pun menjadi sorotan selama beberapa waktu. Bahkan ada massa yang melakukan demo hingga tudingan aliran sesat kepada Helmi. "Niat saya hanya ingin memakmurkan masjid dan ada sedikit kerisauan dengan perkembangan umat saat ini," itu jawabnya kala itu.

Helmi sangat yakin, jika masyarakat suatu negeri taat menjalankan agama maka negeri itu akan diberikan keberkahan. Strategi untuk membiasakan ibadah salat berjamaah untuk masyarakat itulah agar Bengkulu semakin religius.
Tudingan miring dan nada-nada ketidaksukaan, dijawab Helmi dengan program-program kerakyatan. Jalan-jalan hingga gang-gang kecil di hotmix. Mobil dinas Walikota disulap menjadi ambulans mendadak untuk menjemput warga yang sakit dan tidak mampu untuk dibawa ke Rumah Sakit. Sebagian warga yang kesulitan ekonomi dan belum mendapatkan pekerjaan diberikan stimulus melalui program Samisake.

Menutup periode pertamanya bersama Patriana Sosialinda, Helmi membuat sentuhan yang monumental. Kantor Walikota Bengkulu "disulap" menjadi Rumah Sakit Daerah Kota Bengkulu. Urusan birkrasi pun berpindah ke kawasan Bentiring Permai. Kantor Bappeda Kota Bengkulu berubah menjadi Kantor Walikota Bengkulu. Hal ini dilakukan agar masyarakat (terutama yang kurang mampu) dapat mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.

Mendekati klimaks, Helmi kembali terpilih menjadi Walikota Bengkulu untuk kedua kalinya. Kali ini dia menggandeng Deddy Wahyudi, seorang Jurnalis senior di Bengkulu. Terpilih kedua kali pun tidak lepas dari kontroversi.
Dalam masa pencalonan, Helmi sempat enggan untuk mencalon kembali jadi Walikota Bengkulu. Helmi sempat dikabarkan pulang ke Lampung untuk menjadi Calon Wakil Gubernur Lampung. Saat itu masyarakat kota Bengkulu sempat merasa kehilangan sosok yang visioner dalam membangun Kota Bengkulu. Helmi bahkan meninggalkan Kota Bengkulu. Informasi keberadaan dirinya sempat simpang siur.

Sejumlah masyarakat yang merasakan langsung pertolongan dan manfaat yang diberikan Helmi selama menjadi Walikota Bengkulu pun memberanikan diri ke KPU Kota Bengkulu. Mereka berbondong-bondong mendaftarkan Helmi Hasan sebagai calon Walikota Bengkulu.

Di masa kampanye pun, Helmi meninggalkan Kota Bengkulu. Dia melakukan perjalan spiritual, khuruj di kawasan Kamboja selama 4 bulan. "Apa yang sudah tertulis di langit tidak akan berubah," yakinnya kala itu. Tanpa melakukan kampanye, Helmi pun kembali duduk sebagai Walikota Bengkulu menyingkirkan 3 pasangan lainnya dengan 32,86 persen suara.
Irhamu man fil ardl yarhamkum man fis sama (Sayangilah semua yang ada di Bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangimu) (HR. At - Thabrani), ini menjadi bagian dari keyakinan Helmi, bahwa apa yang didapatkannya sekarang karena dia tulus mencintai dan menyanyangi masyarakat Kota Bengkulu karena Allah swt.
Program pro rakyat jilid II pun berlanjut sebut saja 1000 jalan mulus, Gerakan Peduli Yatim (GPY), Gerakan Peduli Siswa (GPS), Kendaraan dinas Walikota dan Wakil Walikota untuk pernikahan warga dan masih banyak lagi.
Sejumlah program tersebut pun banyak yang diadaptasi oleh Pemerintah daerah lainnya. Seperti Wakil Bupati Kabupaten Bandung Barat yang menyiapkan kendaraan dinasnya untuk pernikahan warganya di hari Sabtu dan Minggu. Pemkot Semarang dan juga Pemkot Bekasi pun melakukan hal yang sama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline