Pada hari ini kita merayakan pesta Pentahtahan St. Petrus. Dan kita diajak merenungkan dua pertanyaan Yesus kepada murid-murid-Nya, "Kata orang siapakah Aku ini?" Dan "Menurutmu siapakah Aku ini?" Pertanyaan terakhir ini adalah salah satu pertanyaan paling menusuk dan bergema di seluruh Kitab Suci, dan masih membutuhkan jawaban hingga hari ini.
Yesus dari Nazaret, sebuah nama dan wajah dalam sejarah yang paling dikenal--- karena orang-orang dari segala zaman, tempat, budaya (dan kepercayaan) telah menemukan cara untuk mengidentifikasikan diri dengannya. Sepanjang sejarah, Yesus telah dijadikan banci dan pria macho, seorang petapa dan pecinta, seorang Republikan dan seorang Demokrat, seorang kapitalis dan seorang sosialis, seorang pejuang dan seorang pasifis, seorang Ku Klux Klansman dan seorang agitator hak-hak sipil.
Dia telah dijadikan putih, hitam, Cina, Hispanik, Indian Amerika, dan setiap ras dan etnis lainnya di bawah kolong langit. Bahkan di antara orang Kristen, tidak ada konsensus tentang siapa sebenarnya Yesus. Tidak heran jika sampai hari ini, orang masih mencoba menjawab pertanyaan yang sama yang ditanyakan Yesus kepada Petrus 2000 tahun yang lalu.
Lee Strobel bahkan mengatakan dalam bukunya The Case For the Real Jesus, bahwa jika kita mencari di Amazon.com kita akan menemukan 175.968 buku paling kontroversial tentang Yesus dalam sejarah manusia. Selain Lee Strobel, Pada 16 Maret 2021 kemarin, Laetitia Barbier juga menerbitkan sebuah buku Jesus Now: Art + Pop Culture. Barbier dalam Jesus Now menghadirkan etalase sosok Kristus dalam seni kontemporer, desain grafis, periklanan, dan budaya pop, juga karya-karya lebih dari 80 seniman di seluruh dunia. Maksudnya ingin menunjukkan bagaimana sosok Kristus terus menginspirasi para seniman sampai hari ini.
Di galeri-galeri trendi, di tembok kota-kota besar, Yesus ditampilkan sebagai pahlawan super. Dalam film laris Hollywood atau kartun TV satir, Yesus tidak hanya menjadi pemandu kaum percaya, tetapi juga telah menjadi, seperti yang diungkapkan buku ini, ikon pop culture modern.
Antologi seni tersebut juga menampilkan bagaimana seniman saat ini telah mengembangkan ikonografi baru tentang Yesus yang lebih mencerminkan diri mereka sendiri: Yesus Hitam, Yesus Maori, Yesus Penduduk Asli Amerika, dan kita bisa menambahkan yang lain. Tapi pertanyaannya, apakah Yesus adalah semua ini? Atau bukan salah satu dari mereka?
Mungkin kita perlu kembali pada dialog Yesus dan murid-murid-Nya di Kaisarea. Saya rasa, jawaban Petrus atas pertanyaan Yesus sangat penting namun terbatas.
Petrus hidup dalam masyarakat patriarki, mendalami tradisi Yahudi dan dibentuk oleh lingkungan Yahudi. Tidak heran dia pernah kurang menerima misi Paulus untuk non-Yahudi. Mereka berdebat, dan Paulus katakan dalam suratnya kepada jemaat Galatia: "Ketika Petrus datang ke Antiokhia, saya mengatakan kepadanya secara langsung bahwa dia salah." Paulus bersikeras bahwa Yesus yang pertama kali dilihat sebagai Mesias Yahudi adalah Kristus kosmik dengan makna universal.
Perdebatan Paulus dan Petrus bukan soal siapa yang benar, namun lebih dari itu, menunjukkan bahwa pemahaman tentang siapa Yesus Kristus harus selalu mempertahankan kapasitas untuk berkembang saat kita berusaha menerapkan ajaran-Nya di dunia yang terus berubah.
Kita juga dapat melihat ke dalam teks bahwa pernyataan Petrus yang tampaknya dibuat atas nama semua murid pada dasarnya membungkam mereka. Apa yang mungkin mereka katakan jika diberi kesempatan?