Apa takdir manusia? Apa artinya menjadi manusia? Mari bercerita tentang "Manusia Renaisans" Angelus Silesius, yang mencari unsur Ilahi dengan hati yang dimurnikan.
Dalam puisinya, Silesius menulis: "Untuk mencerminkan Tuhan dalam semua itu, baik sekarang maupun di sini, hatiku harus menjadi cermin, kosong, cerah, dan jernih".
Bagi Silesius, Tuhan adalah "Ketiadaan": Jangan berseru kepada Tuhan. Hatimu sendiri adalah sumbernya, dari mana Dia mengalir tanpa henti kecuali jika kamu menghentikan jalurnya".
Kualitas-kualitas seperti ini adalah ciri khas aliran mistisisme Silesia. Ini sama dengan yang diajarkan Zen. Dosan, seorang Guru Zen, berkata: "Di mana saya berada, saya bertemu dengannya--- Dia tidak lain adalah diriku sendiri, namun saya bukan dia".
Angelus Silesius lahir dengan nama Johannes Scheffler pada 1624, putra dari Stanislaus Scheffler, seorang Lutheran kaya yang beremigrasi dari Polandia. Breslau, ibu kota Silesia, adalah penganut Lutheran yang kokoh.
Stanislaus, pada usia enam puluh dua tahun, memulai kehidupan barunya di sana dengan menikahi putri seorang ahli fisika istana, empat puluh tahun lebih muda darinya.
Mereka memiliki tiga anak, di antaranya Johannes anak pertama. Sang ayah meninggal pada usia tujuh puluh lima tahun, dan istri mudanya mengikutinya dua tahun kemudian, ketika Yohanes berusia empat belas tahun.
Tidak diketahui siapa yang merawat dan mengirim Johannes untuk pendidikan menengah ke Elizabeth Gymnasium. Dia lulus pada 1643 dan melakukan perjalanan melintasi Jerman ke Universitas Strasbourg, untuk sekolah kedokteran. Setelah beberapa tahun ia dipindahkan ke Leyden-Belanda, salah satu universitas tertua dan paling terkenal, dan menyelesaikan pelatihan medisnya di Universitas Padua pada 1648.
Belanda pada abad XVII adalah pulau toleransi di lautan prasangka agama. Di sini orang-orang Yahudi Spanyol yang melarikan diri serta sekte Protestan menemukan kebebasan.
Di Leyden, Scheffler muda terlibat dengan lingkaran mistik interdenominasi dan bertemu dengan bangsawan Silesia Von Franckenberg. Franckenberg menjadi teman dekat dan mentor Scheffler, sekaligus memprakarsai Scheffler muda ke dalam tulisan-tulisan mistik besar Eropa, khususnya dunia teosof besar Boehme.
Dari Belanda yang toleran, namun Calvinis dan Puritan, Scheffler terjun ke atmosfer Italia yang sensual di Universitas Padua, dengan devosi Katolik yang emosional, prosesi, dan seremonial.