Di kesunyian laut
Jauh dari kesombongan manusia,
Dan Kebanggaan Kehidupan yang merencanakannya,
Sofa yang empuk dia....
Ruang baja, tujuan pembakaran
Api salamandernya,
Arus dingin semakin deras dan beralih ke irama pasang-surut.
Dimaksudkan lewat cermin
Untuk kaca yang mewah
Cacing laut merayap - aneh, langsing, bisu, dan acuh tak acuh
(Thomas Hardy, 1912).
Kuawali suratku ini dengan bait-bait 'The Loss of the Titanic' dalam The Convergence of the Twain, hanya untukmu sahabatku. Maaf aku tidak dapat menulis semua bait puisinya.
Bagaimana keadaanmu.
Tentu kamu mengenal Titanic, kapal lux yang menabrak gunung es. Kendati namanya diambil dari legenda para dewa yang kuat dalam tradisi Yunani (para Titan), kisahnya bukan mitos. Sama halnya The Convergence of the Twain, kata-kata yang sengaja dibuat kuno oleh Hardy. Armstrong menyebut Puisi Hardy sebagai meditasi ambigu akan bencana dan kekuatan di balik sejarah. Titanic, 'sofa empuk' di dasar laut adalah simbol bangkai kapal maha mewah di dasar laut.
"Dalam kesunyian laut
Jauh dari kesombongan manusia
Dan Kebanggaan Kehidupan yang merencanakannya ...".