Dimanakah..engkau berada, sahabat lama yang kutunggu..
telah lama tak ada kabar darimu sahabat lama-ku..
aku rindu saat-saat kita lewati panjangnya malam..
menghisap rokok nikmati kopi,
bicara tentang cinta dan mati...
aku rindu semuanya..
Aku harap kau datang menemani disini
Kan ku buatkan secangkir kopi....
#Surat untuk sahabat.
Aku sengaja memulai surat ini dengan lirik musisi Blora, Pram di era kita. Mungkin sudah khasnya orang Blora suka bercerita tentang persahabatan dalam pengalaman keseharian. Sahabatku, aku merindukanmu saat ini. Kerinduan tanpa sebab. Dan hanya demi kerinduan kutuliskan surat persahabatan ini. Tentang kisah Daud dan Jonathan, tentang Minke dan Jean Marais, tentang Sazuke dan Naruto, dan tentang segala persahabatan--- bahkan Nikita Mirzani dan Fitri Salhuteru. Aku tidak bermaksud discriminate, melainkan mengajakmu menjejaki makna persahabatan dalam roman-roman Abad Pertengahan--- yang presepsi sahabat sejatinya adalah antara laki-laki dan laki-laki. Karena yang perempuan pada masa itu dikunci di rumah, dan hanya berelasi di antara sesama saudarinya, atau ibunya, atau pembantunya.