Membuat tas dari baju bekas, setidaknya itu cara sederhana yang bisa dilakukan (membuat sesuatu menjadi bermanfaat). Ya, yang pasti senang rasanya bisa ambil bagian dengan adanya kesempatan mengajak anak-anak sekolah dasar untuk berkreasi salah satunya dengan memanfaatkan baju bekas menjadi tas dan beberapa kegiatan lainnya terkait kesehatan dan lingkungan.
Mungkin kata itu yang bisa dikatakan ketika kami Yayasan Palung bersama Yayasan ASRI berkesempatan untuk memberikan informasi lewat edukasi di Sekolah dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat pada 7-8 Agustus 2018, pekan lalu, di Dusun Pangkalan Jihing, Desa Pangkalan Teluk, Kecamatan Nanga Tayap, Kabupaten Ketapang, Kalbar.
Bahagianya lagi, ketika Yayasan Palung berkesempatan mengikuti kegiatan Kesling bersama dengan Yayasan ASRI. Yayasan Palung dan Yayasan ASRI pada berkesempatan tersebut berbagi informasi terkait Kesehatan Lingkungan (Kesling) dan pendidikan lingkungan di Sekolah dan di Masyarakat. Dengan kata lain, dalam kesempatan tersebut, Yayasan ASRI fokus melakukan Program Kesehatan Keliling dan Yayasan Palung melakukan program pendidikan lingkungan.
Untuk menjangkau wilyah ini ternyata, tidaklah mudah. Selain perjalanan menuju dusun ini (Pangkalan Jihing) cukup jauh, melewat jalan sawit dengan medan yang menantang dan berdebu. Kami melewati tanjakan dan turunan panjang yang menguji nyali, serasa berada dalam wahana Roller Coaster.
Tidak hanya itu, sepanjang jalan menuju Wilayah Jihing, kami disuguhi jalan tanah yang berdebu, mengingat musim saat ini adalah kemarau. Kami juga menemukan jalan yang diportal yang memaksa kami untuk mencari jalan alternatif.
Pada malam harinya (7/8), Yayasan Palung melakukan kegiatan pemutaran film tentang Alam Indonesia Diambang Kepunahan, Asimetris, dan Film Hiburan. Film tersebut sebagai media penyadartahuan bagi masyarakat tentang situasi lingkungan saat ini. Terlihat masyarakat dan anak-anak sangat antusias menyaksikan layar tancap (film hiburan) yang kami suguhkan.
Keesokan harinya (8/8), Yayasan Palung mengunjungi sekolah SD Negeri 20 Nanga Tayap di Dusun Pangkalan Jihing tersebut. Pada kesempatan puppet show tersebut, saya dan Wawan Anggriandi berkesempatan berbagi informasi untuk bercerita tentang satwa-satwa yang dilindungi lewat pertunjukan boneka (Puppet Show).
Kami bercerita tentang satwa dilindungi seperti orangutan, burung enggang, kelasi dan ada juga satwa endemik Kalimantan seperti bekantan. Kami juga memberikan edukasi lewat cerita terkait dampak langsung terhadap satwa jika hutan atau lingkungan rusak atau pun terkikis habis maka satwa-satwa kebanggaan seperti orangutan dan lainnya bisa kehilangan rumahnya (tidak ada lagi habitat hidupnya).
Selain itu juga penjelasan tentang undang-undang no. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya. Beberapa pesan kami kepada siswa-siswi antara lain; jangan memilihara satwa di rumah karena bisa berdampak tidak baik karena binatng atau satwa bisa menularkan penyakit.
Selanjutnya kami juga mengajak anak-anak membaca buku bersama (pustaka). Ada pun tujuan dari mengajak anak-anak membaca buku tak lain sebagai cara sederhana mengenalkan budaya cinta membaca buku kepada anak-anak dan juga sebagai bentuk kepedulian agar anak menyukai/gemar membaca.
Ada pun buku-buku bacaan yang kami bawa tersebut adalah buku-buku tentang cerita anak-anak, buku cerita satwa, buku komik satwa dan buku cerita rakyat. Untuk pertunjukan boneka dan pustaka, kami melibatkan anak-anak kelas satu dan kelas tiga. Jumlah mereka kelas Satu sampai kelas tiga hanya berjumlah 25 orang.