Lihat ke Halaman Asli

Petrus Kanisius

TERVERIFIKASI

Belajar Menulis

Mengajak Sekolah-sekolah untuk Peduli Persoalan Lingkungan

Diperbarui: 27 Juli 2018   17:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat siswi-siswi memprakktekkan gambut basah dan kering di SMAN 1 Seponti Jaya, KKU. Foto dok. Yayasan Palung

Tidak bermaksud menggurui atau mengajari, terkait persoalan lingkungan saat ini sudah semestinya menjadi tanggungjawab semua salah satunya lewat pendidikan lingkungan ke sekolah-sekolah.

Seperti misalnya Selasa (24/7) kemarin, Yayasan Palung berkesempatan untuk memberikan materi ceramah (lecture) lingkungan di dua sekolah di Seponti Jaya, Kabupaten Kayong Utara, Kalbar.

Mengajak untuk peduli lingkungan lewat ceramah, jika boleh dikata sebagai satu cara dari sekian banyak cara yang ada dan bisa dilakukan.

Dengan kata lain adalah penyadartahuan (memberikan informasi/kampanye lingkungan/edukasi) kepada generasi muda yang mau tidak mau harus dilakukan saat ini. Salah satunya di ruang lingkup pendidikan lingkungan, lewat sekolah-sekolah yang ada. Pada kesempatan itu, materi ceramah yang mereka bawakan adalah materi terkait persoalan lingkungan yang ada saat ini dan materi tentang gambut.

Pada Kesempatan pertama ceramah, materi yang disampaikan terkait persoalan lingkungan, disampaikan oleh Simon Tampubolon dan Wawan Anggriandi, dari Yayasan Palung di SMAN 1 Seponti Jaya. Dalam penyampaian materi ceramah, siswa-siswi diajak untuk memetakan persoalan lingkungan yang ada di Tanah Kayong.

Saat penyampaian materi ceramah terkait persoalan lingkungan di sampaikan oleh Tim PL. Yayasan Palung. Foto dok. Yayasan Palung

Selanjutnya pada pukul 09.30-11.00 Wib, ceramah disampaikan di SMPN 1 Seponti Jaya. Pada kesempatan tersebut, materi pengenalan persoalan lingkungan dan konservasi oleh Simon Tampubolon, dan Nun Achmad (Relawan REBONK, Yayasan Palung).

Adapun dalam penyampaiannya, Nun Mengajak siswa-siswi memahami tentang gambut yang pada dasarnya yang mudah tebakar dan mengering jika lahannya dibuka untuk berbagai kepentingan seperti perluasan untuk pembukaan lahan berskala besar.

Pada kesempatan tersebut, selain menyampaikan materi, Nun Achmad dan Sidiq (Relawan REBONK), simon dan Wawan (Yayasan Palung) mengajak siswa-siswi memahami tentang gambut yang mudah mengering jika di buka lahannya dan gambut yang masih utuh.

Tim PPL Yayasan Palung, mengajak siswa-siswi untuk memahami tentang lingkungan seperti gambut dengan mengumpamakan gambut yang masih baik dengan cara membasahkan spons.

Sedangkan gambut yang telah dibuka adalah diumpakan dengan spons yang kering. "Gambut yang masih baik pasti mudah menyerap air dan gambut yang rusak pasti mudah terbakar", ujar Simon.

siswa-siswi diajak untuk mengetahui sifat gambut yang mudah terbakar jika lahannya telah di buka dan sebaliknya jika gambut masih baik maka akan memberi manfaat dan tidak mudah terbakar. Foto dok. Yayasan Palung

Ragam persoalan lingkungan seolah tak kunjung berhenti mendera. Perluasan area berskala besar tidak bisa disangkal sebagai salah satu persoalan yang entah hingga kapan selesainya.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline