Mungkin kata itu yang cocok untuk saya gambarkan dan rasakan terkait keadaan jalan yang kami tempuh ketika kami dari Yayasan Palung bersama dengan Yayasan ASRI melakukan pelayanan kesling (kesehatan lingkungan) di Dusun Pangkalan Jihing, selama 3 hari (13-15 Maret 2016), kemarin.
Perjalanan panjang menyusuri waktu hingga rela menyusuri lumpur, memang tidak semua jalur atau jalan penuh lumpur. Akan tetapi, sejatinya hanya beberapa titik. Ada dua titik jalur jalan yang tergolong rusak cukup parah adalah jalur dari dusun Cali menuju dusun Pangkalan Jihing, Desa Pangkalan Teluk, Kec. Nanga Tayap, Kab. Ketapang, Kalbar. Selanjutnya titik jalan yang rusak di ruas jalan dari dusun Cali menuju ruas jalan ke arah Sumber Periangan, Desa Semblangaan, Nanga Tayap.
Dari jalur yang rusak, kami mengalami dua kali amblas saat kami pulang dan pergi dari kegiatan. Kubangan lumpur tersebut cukup membuat kami harus bergaul, si driver mobil kami tidak hanya harus bergaul bercampur (rela sesekali turun dari mobil untuk memasang tali, menempelkan badan hingga tubuh, baju dan celana tertempel lumpur) untuk ditarik mobil. Amblas yang kami alami cukup memaakan waktu hingga puluhan menit. Sesekali kami mendorong mobil namun tetap amblas. Beruntung kami dibantu oleh mobil dari teman-teman dari Yayasan ASRI untuk menarik mobil yang kami tumpangi.
Menyusuri lumpur dan perjalan panjang, ya karena kami setidaknya kami harus menyusuri jalan tanah yang harus kami tempuh 2 jam lebih perjalanan untuk tiba di dusun Pangkalan Jihing. Semoga saja jalan rusak ini dapat segera diperbaiki oleh pemilik kebijakan.
Sedangkan untuk rangkaian kegiatan pelayanan Kesling (Kesehatan Lingkungan) di Dusun Cali, Yayasan Palung diajak oleh Yayasan ASRI atas kerjasama. Sesekali Yayasan Palung ikut dalam kegiatan Kesling yang dilakukan oleh Yayasan ASRI. Yayasan ASRI selalu rutin melakukan pelayanan kesehatan (pengobatan) bagi warga masyarakat di dusun Pangkalan Jihing setiap bulannya. Warga masyarakat yang berobat dibayar dengan bibit pohon. Sedangkan Yayasan Palung melakukan pemutaran film lingkungan dan puppet show (panggung boneka) sebagai kampanye penyadartahuan/sosialisasi perlindungan satwa di Tanah Kayong ke Sekolah-sekolah dan masyarakat.
Pada malam harinya, kami melakukan pemutaran film lingkungan, film lingkungan yang kami putar adalah film tentang keterancaman nasib hidup orangutan (film Mission Critical Orangutan on The Edge), Potret Keadaan Hutan Indonesia (State of Indonesia's Forest) 2009-2013 dan film hiburan; Warkop DKI Reborn. Tampak masyarakat antusias dan senang dari film yang mereka tonton.
Pelayanan kesehatan bagi masyarakat, Yayasan ASRI melakukan pengobatan silih berganti kepada warga masyarakat. Ragam keluhan mayarakat yang berobat diantaranya batuk pilek ( flu), demam, periksa kandungan dan ada suntik KB. Setidaknya ada kurang lebih 20 orang pasien yang melakukan pemeriksaan.
Dalam kegiatan puppet show, siswa-siswi Sekolah Dasar Negeri 20 Nanga Tayap yang ada di Dusun Pangkalan Jihing terlihat sangat antusias memainkan boneka satwa dilindungi yang kami mainkan. Kami juga menjelaskan tentang gambar-gambar satwa dilindungi seperti orangutan, bekantan, kelasi, kelempiau, burung enggang dan trenggiling di Tanah Kayong (KKU dan Ketapang) Kalbar.
Kami juga menceritakan melalui media boneka tentang; peranan penting satwa dilindungi terlebih habitatnya berupa hutan harus terus tetap ada dan lestari. Kami menceritakan, hutan sebagai sumber hidup bagi semua makhluk hidup. Termasuk hutan sebagai penyedia sumber air bersih dan pencegah segala gangguan akibat dari hilangnya hutan (bencana). Siswa-siswi kami ajak menyanyikan lagu Si Pongo; Si Pongo, Si Pongo dia tinggal hutan. Si Pongo, Si Pongo makan buah-buahan.... Hutan si Pongo kemana habisnya, dimana Si Pongo dapat makanannya... Jagalah hutan dan pepohonannya sebelum Si Pongo lapar dan punah.... Selengkapnya lihat di Lagu Si Pongo
Saat kami berada di dusun Pangkalan Jihing menemukan ada salah satu warga masyarakat yang memilihara satwa dilindungi. Satwa yang dipelihara tersebut adalah anak burung enggang. Menurut penutuan warga tersebut, anak burung enggang dipelihara karena kasihan sebab lobang kayu (dawak) tempat hidup anak enggang tersebut telah tumbang/roboh. Seperti terlihat, anak enggang tersebut diumpan dengan nasi oleh pemiliharanya.
Serangkaian kegiatan yang kami lakukan berjalan sesuai dengan rencana dan mendapat sambutan baik dari warga masyarakat di dusun Pangkalan Jihing. Selanjutnya, pada hari ketiga, kami mengakhiri rangkaian kegiatan dan kembali ke Kab. Ketapang, sedangkan teman-teman dari Yayasan ASRI kembali ke Kab. Kayong Utara. Dari Yayasan Palung yang hadir dalam kegiatan Kesling tersebut adalah Ranti Naruri, Petrus Kanisius dan dua orang anak magang; Ridho Pratama dan Maulina serta driver bang Panji. Sedangkan dari Yayasan ASRI adalah dr. Vita, Evans Juniansyah, Aulia dan bang Okto.