Jamur (Fungi, spp) di masyarakat kita Indonesia secara khusus di hutan tropis banyak terdapat banyak jenis tumbuhan jamur. Tidak terkecuali jamur makroskopis yang ternyata memiliki manfaat dan sekaligus juga ada yang berbahaya.
Berdasarkan hasil penelitian jamur yang dilakukan oleh Ogi Prayogo, Mahasiswa Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak melakukan penelitian di Stasiun Penelitian Cabang Panti, Kawasan Taman Nasional Gunung Palung, awal Desember 2016, tahun lalu.
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan tersebut tidak lain untuk menginventarisasi jenis-jenis jamur makroskopis yang terdapat di kawasan Cabang Panti Taman Nasional Gunung Palung.
Lalu, apa jamur Makroskopis itu? Jamur makroskopis merupakan jamur yang memiliki tubuh buah, berukuran besar kurang lebih (1 mm), tersusun atas miselia dan dapat dilihat secara langsung dengan bentuk yang jelas. Jamur makroskopis penting untuk dilestarikan, karena dapat digunakan sebagai bahan pangan, obat-obatan serta berperan pada proses dekomposisi (jenis reaksi kimia dimana senyawa dipecah menjadi komponen yang lebih sederhana).
Dalam penjelasannya pada peresentasinya di Kantor Yayasan Palung pada awal Desember 2016, tahun lalu, Ogi sapaan akrabnya mengatakan, “Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh sekitar 150 jenis jamur yang berbeda dan telah teridentifikasi sebanyak 20 jenis”.
Dua puluh jenis jamur makroskopis dari hasil penelitian yang teridentifikasi antara lain adalah: Russula sardonia, Russula fragilis,Lactarius vellereus, Lactarius sp.,Coltricia perennis, Calostoma sp.,Scleroderma sp., Hydnum sp., Marasmius androsaceus,Marasmius sp., Fomes sp., Calocera cornea, Xylaria sp., Xylaria cosmosoides, Auricularia sp., Cookeina tricholoma,Hygrocybe coccinea,Hygrocybe Laetadan Ganoderma sp.
Jamur makroskopis dapat dijadikan sebagai sumber pangan dan bahan obat-obatan. Jamur makroskopis yang dapat dimakan biasa dimanfaatkan masyarakat sebagai hidangan menu dalam menyantap makanan dan dapat pula digunakan sebagai obat-obatan. Yigibalom dkk.(2014) menyatakan bahwa kandungan protein pada jamur cukup tinggi, hal ini dapat dibuktikan melalui hasil penelitiannya di wilayah Beam, Distrik Makki, Papua terhadap kandungan protein jamur yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat lokal. Jamur yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat lokal Beam memiliki kadar protein antara 18,91% sampai 35,03%.
Menurut Montoya dkk. (2002) dalam hasil penelitiannya dikatakan bahwa jamur makroskopis dapat digunakan pada pengobatan tradisional, seperti Lycoperdon perlatum dan Ustilago maydis. Selain sebagai obat, jamur Ustilago maydisjuga dapat dimanfaatkan sebagai kosmetik. Jamur makroskopis juga bisa dimanfaatkan sebagai insektisida dan bahan bakar, seperti Amanita muscaria dan Fomitopsis pinicola. (Sumber data dari persentasi Ogi Prayogo, tahun 2016).
Jamur makroskopis adalah salah satu dari komponen penting ekosistem hutan. Peran jamur makroskopis bagi ekosistem adalah sebagai dekomposer (pengurai) yang mempercepat siklus materi dalam ekosistem hutan dengan memainkan peran penting pada daur ulang nutrisi (Tapwal dkk. 2013). Jamur makroskopis dapat ditemukan di berbagai bahan organik seperti tanah, humus, kayu, serasah dan kotoran hewan (Widhiastuti dan Nurtjahja, 2013).
Jamur makroskopis ada yang beracun dan tidak beracun jika dikonsumsi. Jamur beracun jika dikonsumsi dapat mengakibatkan gangguan pada saluran pencernaan. Menurut Badsar dkk. (2013) berdasarkan hasil penelitiannya terhadap kasus keracunan jamur pada pasien Rumah Sakit Rasht Iran, menyatakan bahwa gejala yang ditimbulkan dari akibat keracunan jamur adalah iritasi gastrointestinal. Gejala-gejala yang dapat dirasakan pada saat seseorang keracunan jamur adalah diare, sakit perut, mual dan muntah.
Jamur makroskopis juga ternyata memiliki ciri khas (karakteristik) seperti yang dikemukan oleh McKnight dan McKnight (1987) menyatakan bahwa Tudung (cap) pada jamur makroskopis dapat dijadikan karakterisasi untuk mengidentifikasi jenis karena memiliki bentuk morfologi yang berbeda-beda. Bagian-bagian dari tudung yang menjadi karakter identifikasi dikelompokkan menjadi beberapa kategori antara lain tekstur permukaan tudung, tipe sisik permukaan tudung, garis tepi tudung dan irisan membujur tudung.