Seperti yang dilakukan oleh para peneliti, salah satunya Cheryl Knott, banyak cara untuk mengikuti tingkah laku orangutan di hutan hujan Kalimantan. Demikian pula dengan mendokumentasikan melalui media foto yang dipotret oleh Tim Laman. Hal ini dilakukan oleh para peneliti untuk memudahkan kita untuk mengetahui, mempelajari dan mengenal orangutan sebagai primata yang memiliki peranan penting sebagai penyebar biji (penyemai atau penabur benih pohon yang baik) dari biji-bijian sisa-sisa makanan mereka yang mereka makan.
Seperti penuturan Cheryl Knott, mengikuti orangutan bukanlah perkara mudah karena harus menunggu, bersabar hingga mendapatkan peristiwa (moment) yang indah. Hal serupa juga dilakukan oleh seorang fotografer alam liar, Tim Laman dalam mendokumentasikan peristiwa menarik dan indah yang ia abadikan lewat media foto. Peristiwa-peristiwa menarik dan indah dari perilaku orangutan yang berhasil diabadikan antara lain adalah bagaimana induk orangutan mengajari anaknya makan, bermain dan membuat sarang. Tidak hanya itu, peristiwa lainnya misalnya adalah foto terbaik Tim Laman yang berhasil mengabadikan orangutan jantan memanjat pohon kayu ara (Ficus) ketika orangutan mencari makan.
Adapun perilaku dari orangutan sehari-hari misalnya mulai dari bangun tidur, beraktivitas seperti mencari makan dan perilaku membuat sarang setiap harinya ketika mereka beristirahat dan tidur. Selain itu juga bagaimana melihat interaksi orangutan yang satu dengan yang lainnya. Orangutan betina selalu bersama bayinya jika ia sudah melahirkan. Sedangkan orangutan jantan hidup sendiri atau menyendiri kecuali pada kawin orangutan jantan bersama orangutan betina.
Kisah para peneliti yang mengikuti perilaku dan kehidupan pribadi orangutan dengan berbagai cara yang dilakukan oleh peneliti . Mengingat orangutan hanya ada di dua pulau di Indonesia (Kalimantan dan Sumatera) ini dan merupakan satwa endemik (langka) dan spesies payung.
Mengapa orangutan disebut sebagai spesies payung?. Selain sebagai penyebar biji yang menjadi cikal bakal berdiri kokohnya tajuk-tajuk pepohonan. Dengan demikian pula bahwa orangutan merupakan satwa yang cukup berpengaruh bagi satwa lainnya. Semakin banyaknya pohon yang tumbuh maka secara otomatis juga sebagai penyedia sumber pakan (makanan) berupa buah-buah hutan yang bermanfaat pula sebagai keberlangsungan hidup satwa lainnya.
Seperti misalanya, di Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) kehidupan alam liar dari orangutan dilakukan setidaknya karena ada dua faktor utama; Pertama, karena di Kalimantan dan Sumatera merupakan salah satu habitat orangutan yang ada. Kedua, karena tingkat dari keterancaman satwa ini sangat tinggi oleh berbagai sebab akibat diantaranya semakin menipisnya hutan sebagai keberlanjutan hidup dari orangutan lebih khusus di luar kawasan taman nasional.
Sering kali, Indonesia dipuji dan dikenal karena langkah-langkahnya dalam upaya dan mencari solusi untuk pelestarian orangutan melalui kerjasama lembaga-lembaga dan pemerintah yang saat ini keberadaannya semakin terancam punah karena beberapa sebab seperti misalnya masih terjadinya perburuan dan perdagangan terhadap satwa ini. Di sisi lain, Indonesia juga dicaci karena hutan sebagai tempat hidup (habitat) dari orangutan dan ragam satwa lainnya dari hari ke hari semakin berkurang diambang terkikis menjalang habis karena pembukaan lahan berskala besar yang juga kerap menyebabkan kebakaran dan kabut asap.
Untuk lebih lengkapnya tentang cerita kehidupan pribadi orangutan dapat dilihat di majalah National Geographic Indonesia Edisi Desember 2016. Semoga saja, kehidupan satwa di alam liar lebih khusus Orangutan Kalimantan dan Sumatera serta satwa endemik lainnya bisa terselamatkan dari ancaman kepunahan. Mengingat, orangutan yang ada di Kalimantan saat ini kurang lebih tersisa 54.000 individu dan di Sumatera diperkirakan tinggal tersisa 14.000 di alam liar. Proses reproduksi yang lamban juga menjadi salah satu perkembangbiakan dari kera besar ini (orangutan) betina juga menjadi salah satu kekhawatiran dalam penambahan jumlah pupulasi mereka, satu kali masa reproduksi orangutan memerlukan waktu kurang lebih 6-8 tahun. Sepanjang hidupnya orangutan betina hanya bisa 3 kali masa kelahirannya. Orangutan betina mengandung bayinya selama 7-9 bulan. Sedangkan bayi orangutan selalu tinggal dengan ibunya hingga usia dewasa yaitu 6-8 tahun. Artinya juga, orangutan betina siap kawin setelah bayinya dewasa.
Semoga orangutan dapat lestari hingga nanti.“Selamatkan hutan dan orangutan untuk keberlanjutan makhluk hidup yang lebih baik”. Mereka (orangutan) sangat terancam punah, mereka sangat sangat memerlukan perhatian dari kita semua.Jika tidak, orangutan hanya tinggal cerita.
Petrus Kanisius- Yayasan Palung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H