Di hutan tropis, lebih khusus di wilayah Kalimantan Barat, tumbuhan yang memiliki damar, dipterocarp demikian tumbuhan ini disebut. Pohon ini juga ternyata memiliki banyak banyak mantaat, selain itu juga penting dan menarik serta termasuk disukai oleh bagi banyak satwa, terutama orangutan yang sangat menyukai buah dari pohon ini.
Pohon dari keluarga Dipterocarpaceae memiliki beberapa jenis. Antara lain adalah jenis-jenis Meranti (Shorea sp.) dan Keruing (Dipterocarpus sp.). Pohon-pohon Dipterocarp seperti meranti dan keruing memiliki ukuran bisa melebihi satu meter dan memiliki tinggi 30 hingga 60 meter.
Pohon Dipterocarpaceae hidup dan tumbuh di datan rendah. Hal yang penting dan menarik dari pohon ini selain menjadi makanan dari banyak satwa. Menariknya, jika pohon tersebut (Dipterocarpaceae) berbuah, maka hampir dipastikan 90% pohon lainnya juga akan menyusul berbuah.
Direktur Penelitian Yayasan Palung (GPOCP), Tri Wahyu Susanto yang juga merupakan salah seorang peneliti di Stasiun Penelitian Cabang Panti (SPCP), di Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) mengatakan; Jika Pohon Dipterocarpaceae berbuah, maka akan menjadi penanda awal yang mana pohon-pohon buah yang lainnya seperti durian hutan, rambut hutan dan manggis akan menyusul berbuah pula, biasanya disebut buah raya (mast fruit).
Wahyu demikian ia disapa sehari-hari, lebih lanjut mengatakan; pada saat musim buah raya tiba, selain buah Ficus (kayu ara), juga buah Dipterocarpaceae menjadi penting bagi satwa seperti orangutan.
Seperti kelasi dan kelempiau juga memakan buah ini (Dipterocarpaceae) Biasanya buah raya akan terjadi dalam rentang waktu 4-5 tahun, dan menariknya, setelah buah raya berakhir dipastikan masa reproduksi (musim kawin) tiba. Berdasarkan hasil penelitian di Stasiun Riset Cabang Panti, satu tahun setelah musim buah selesai, akan ada bayi orangutan lahir.
Menariknya lagi, pohon ini juga memiliki ciri khas selain tinggi dan ukurannya besar, tetapi juga memiliki tutupan kanopi (tutupan pohon). Seperti di Cabang Panti, Taman Nasional Gunung Palung (TNGP), hampir dipastikan 80% adalah tumbuhan Dipterocarpaceae.
Pohon Dipterocarpaceae, dikenal juga dengan nilai ekonominya yang tinggi dan merupakan tanaman yang langka karena keberadaannya yang semakin berkurang dari tahun ke tahun. Adapun sebaran dari jenis pohon ini tersebar juga di beberapa wilayah seperti di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Maluku, Bali, Lombok dan Papua.
Mengingat, menurut daftar IUCN, memasukan dafrar Dipterocarpaceae masuk dalam daftar sangat terancam punah (Red List/ RL) karena beberapa sebab, antara lain karena pembukaan lahan secara luas.
Semoga saja, Pohon-pohon yang tersebar dibeberapa wilayah Indonesia ini masih dapat lestari hingga nanti.
Petrus Kanisius – Yayasan Palung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H