Ketum, begitu orang di kampung-kampung seperti di beberapa Kecamatan di Kabupaten Katapang, Kalbar, menyebutnya tidak sedikit yang menggantungkan hidup, menampung dan menjual daun ini.
Fantastis!! karena harga daun ketum harganya jika sudah di eksrak bisa mencapai Rp 17.000 per 1 kg, jauh lebih tinggi harganya mengalahkan harga karet yang harganya semakin anjlok. Akan tetapi, ternyata daun ketum tenyata berbahaya karena masuk kategori narkotika.
Ketum (keratom) kini menjadi bisnis musiman yang tiba-tiba muncul dan sangat populer saat ini. Daun Ketum dalam bahasa Inggrisnya dikenal dengan nama Kratom dan dalam bahasa latinnya dikenal dengan nama Mitragyna speciosa. Konon daun ini masuk dalam kategori (golongan) yang mengandung narkotika.
Di beberapa kecamatan seperti di Simpang Dua, Simpang Hulu, Laur dan Tayap. Seperti di Matan Jaya beberapa waktu lalu, di mana kami pernah menjumpai secara langsung masyarakat yang sedang menjemur dan memasukannya ke karung. Selanjutnya keratom tersebut siap untuk diolah dengan cara mengeksraknya dan siap untuk menjualnya.
Menurut mereka, salah satu warga yang enggan namanya disebut, berumur 43 tahun menuturkan harga ketum lebih menjanjikan saat ini. Bapak dari tiga anak tersebut agak was-was, karena menurutnya, dia juga pada dasarnya masih bertanya-tanya tentang kegunaan sesungguhnya daun ini, bahkan katanya “Saya agak takut jika nantinya daun ini memiliki kegunaan lain,"
"Kejelasan di pasaran juga tidak begitu terdengar," tuturnya. Mereka mengaku, dalam bentuk daun kering, harganya per 1 kg adalah Rp 8.000 dan daun basah dibeli dengan harga Rp 2.000 per kg. Menurut pengakuan mereka pula, daun ketum kini bak jamur yang tumbuh di musim penghujan, karena tiba-tiba daun tersebut yang jarang terdengar kini dicari-cari pengepul dari Pontianak, demikian ungkap mereka.
Lain lagi menurut penuturan bapak L, berusia 45 tahun, bukan nama sebenarnya. L mengatakan, “Di tengah harga karet yang semakin anjlok, ibarat dewa penyelamat dengan hadirnya jual beli daun ketum ini,” L menambahkan, Ia sekali jual bisa mencapai 200 kg hingga 300 kg sekali jual, biasanya dalam satu bulan bisa mencapai 1000 kg. Sangat membantu untuk membiayai anaknya yang sedang kuliah, tegasnya lagi dengan semangat.
Pohon ketum atau kratom yang daunnya kini sedang menjadi primadona di wilayah masyarakat karena sebagai sumber mata pencaharian. Seperti diketahui, di wilayah Indonesia, lebih khusus Kalimantan Barat, hampir di sepanjang sungai dan pantai terdapat tumbuhan ini. Selain itu sebaran ketum terdapat juga dibeberapa negara seperti di Amerika Serikat, Thailand dan Malaysia.
Di masing-masing negara tersebut menurut pengakuan dari para pencari daun Ketum di masyarakat mengatakan, “Daun ketum dicari-cari saat ini karena memiliki kasiat sebagai obat, salah satunya obat diabetes," kata salah seorang yang mengakui sudah dua bulan mencari daun ini.
Sejatinya secara tradisi, masyarakat tidak mengenali tumbuhan itu untuk dipergunakan atau diperjualbelikan, namun dalam kurun lima bulan terakhir daun ini menjadi fenomena baru di wilayah seperti disebutkan diatas (Kecamatan Simpang Dua dan Simpang Hulu). Para pencari daun ketum ini tersebar di pelosok-pelosok kampung. Ada pencari barang ini (daun ketum).
Pengepul mengaku, daun ketum sebagai bahan obat salah satunya untuk penghilang rasa sakit, obat diabetes, obat pemulih stamina bagi wanita setelah melahirkan, karena sebagai pemulih stamina, tidak hanya itu menurut penjual di kampung, pembuang rasa haus karena akan dibuat menjadi teh.
Pengepul yang kelihatan sangat berhati-hati dan tertutup dalam jual beli barang ini tidak menyebutkan secara rinci manfaat dan fungsi atau legalitas jual belinya.
Ada apa dengan daun Ketum, Bolehkah di Perdagangkan di Indonesia?
Daun Ketum, kratom berdasarkan beberapa literatur menyebutkan daunnya memiliki kandungan di dalam daunnya merupakan bahan berbahaya karena mengandung zat mitraginin (Jenis Narkotika).