Lihat ke Halaman Asli

Petrus Kanisius

TERVERIFIKASI

Belajar Menulis

Belantara yang Sunyi Menanti Disapa

Diperbarui: 27 Juli 2016   15:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belantara yang menangis dalam diam, Menanti disapa. Foto dok. Yayasan Palung.

Tanpa mengatasnama belantara, segala nyata yang berdiam di alam raya

Sunyi sepi yang berkoar dalam duri menusuk daging itu adanya kini

Bumi pertiwi menanti disapa karena nestapa

Darah tertumpah, tanah terjajah hingga terjarah

Terkungkung dalam buaian senja yang samar, sulit menerka menyapa nyata ataukah bayangan semu?

Tak terhindar bersandar akar rumput tertindih terkulai tersambar petir saban hari,

Sunyi tak berarti sepi atau diam dalam sangkar persis terkungkung dalam jeruji

Tak ubah tingkah polah mengalahkan petuah, pepatah patah kalah menjadi galah jiwa raga yang pongah

Rayu menderu hanyut bersama arus, tak berujung menelikung

Berkelakar, terbakar terbungkus bersisir rapi setiap musim siap kembali menerpa

Sejati janji menanti ditepati, Sunyinya hanya terdengar dari derap langkah Sang penjagal, deru mesin berbaur dengan koar sang penguni rimba merintih menanti ularan jemari

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline