Lihat ke Halaman Asli

Petrus Kanisius

TERVERIFIKASI

Belajar Menulis

Segala Nafas Beradu Mengadu

Diperbarui: 12 Juli 2016   15:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Skenario alam. Foto dok.dream.co.id

Dari lahir hingga akhir nafas, nafas segala bernyawa. Inginku mengadu, tetapi bukan untuk adu domba.

Mengadu bukan berarti dokma, bukan berarti menyabung, mengadukan, beradu, aduan atau mendakwa.

Tidak berarti pasrah, tidak pula untuk menyerah,

Namun, tak lebih hanya sekedar diskusi bukan berkelahi tanpa solusi,

Ini soal nafas segala bernyawa,

Terkungkung dalam liang pondok ladang, di hutan tak lagi  rimba, rimbun atau raya.

Terhimpit, terjepit dalam parung, jurang yang dalam.

Merintih, tertatih, letih dalam doa menati harap,

Menyibak rasa dalam relung kalbu tak kunjung datang,

Keras, lembut berpadu menyatu tak ubah seperti duri dalam daging,

Kokoh berdiri, rebah sama; tetap saja terkulai layu, tersemai diserbu si jago merah,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline