Lihat ke Halaman Asli

Petrus Kanisius

TERVERIFIKASI

Belajar Menulis

Rimbunku Dulu, Kini Luluh Layu Berharap Rimbun Seperti Sedia Kala

Diperbarui: 1 Maret 2016   10:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sisa-sisa pembersihan lahan (land clearing) dan selanjutnya (di/ter) bakar . Foto dok. Yayasan Palung"]

[/caption]Sudah berabad-abad hingga kini rimbunku seakan tak kunjung tumbuh, jika tumbuh menjelang dewasa dari dulu hingga kini semakin luluh layu, berharap rimbunku kembali ada seperti sedia kala. Tetapi apa itu bisa dan mampu?

Mengapa rimbunnya dulu hingga aku luluh layu tetapi sulit untuk rimbun kembali.

Rimbun kenapa harus rimbun?

Mengapa luluh layu?

Rebah tak berdaya, patah tak tumbuh hilang tak berganti

Menanam, menyiram itu harusnya

Menuai, sejatinya menbur pula

Tubuh dipotong, dicincang

Ranting dibuang disemak-semak tak bertuan hingga dibakar menjadi abu.

Itu dan itu terus berulang dari abad berganti abad

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline