[caption caption="Pesan Alam Raya untuk Semua Penghuni Bumi. | Foto dok. Yayasan Palung"][/caption]Rinai rintik gemericik menghapiri menembus dahaga dalam nafas segala bernyawa
Membelah sunyi pekatnya kabut malam
Sorak sorai mulai terdengar jelas, mengabarkan suasana
Sayup-sayup terdengar menyapa keramaian mendongengkan menjelang terlelap dalam
Menyibak gelap mengalahkan cahaya;
Rimbun, rindang kini menjadi padang gersang, ilalang juga semak belukar
Sorak sorai, riuh rendah berceloteh menggema mengabarkan rasa, menyibak fakta realita
Rebah terkulai layu, tak berbekas dari waktu ke waktu entah kapan usai mendera berkelakar
Pengingat, penanda telah ada sebagai langkah
Lupa, sengaja lupa itu acap kali berkumandang juga latah
Menyemai, memupuk, menyiram juga menjaga itu sejatinya
Namun, itu berbalas sebaliknya
Ratap tangis derita, nafas terhenti itu lumrah tersaji
Sunyi sepi, menepi menanti upah tak berupa materi
Mengadu, menyadu prioritas
Berhadapan luas alam raya menjelang renta terkuli layu
Menumbuh rasa jika ada ikhlas
Menanti, merindu bila tak ingin tersedu.
Ketapang, Kalbar; 18/02/2016
By : Petrus Kanisius-Yayasan Palung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H