Orangutan sedang memakan buah hutan di Gunung Palung. foto dok. Yayasan Palung dan Tim Laman
Sumatera dan Kalimantan (Borneo) kecuali Kalimantan Selatan, dapat dikatakan beruntung karena memiliki orangutan yang mendiami wilayah tersebut. Keberadaan orangutan tersebut bukan saja beruntung tetapi kebanggaan semua, mengingat orangutan merupakan salah satu kera besar yang ada di Asia selain di Afrika seperti gorila, bonobo dan simpanse. Sungguh istimewa karena orangutan disebut sebagai spesies payung. Mengapa orangutan disebut sebagai spesies payung?.
Keseimbangan ekosistem (stabilnya) keadaan hutan sedikit banyak karena peran serta orangutan sebagai penyebar biji-bijian yang terlibat tanpa diperintah. Itulah setidaknya mengapa orangutan disebut spesies payung (umbrella species). Dengan kata lain pula, keberadaan orangutan sangat penting sebagai penanda ataupun indikator keberadaan habitat (hutan) masih lengkap ataupun juga utuh.
Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) dan orangutan Sumatera (Pongo abelli) hingga kini keberadaannya masih ada di hutan-hutan hujan tropis di dua wilayah tersebut. Tetap, tersediaan pakan menjadi sebuah harapan jika orangutan bisa berkembangbiak. Demikian juga halnya dengan keberadaan hutan saat ini. Ancaman yang selalu bertubi-tubi datang menghimpit hingga mengambil habitat hidup mereka sebagai salah satu alasan utama yang sedang dan telah terjadi. Lambannya perkembangbiakan orangutan yang hampir sama lamanya dengan manusia menjadikan orangutan tidak begitu cepat pertambahan populasinya.
Tak heran kini, populasi orangutan kian menyusut. Banyak yang berperan serta untuk melestarikan orangutan. Tetapi kalah banyak dengan jumlah deru mesin yang selalu menumbangkan berhektar-hektar hutan.
Tidak berhenti disitu saja, kasus demi kasus perburuan liar, perdagangan hingga hadirnya orangutan ke pemukiman masyarakat sebagai penanda habitat (tempat hidup) berupa hutan telah berkurang atau menjelang hilang ditelan waktu yang tidak lama lagi. Tidak hanya orangutan, ragam jenis satwa dan jenis burung, bersama tumbuh-tumbuhan endemik seperti anggrek hitam, ulin (kayu besi), bengkirai, tengkawang kian sulit ditemukan di hutan.
Spesies payung yang disematkan pada orangutan sejatinya kini menjadi beban berat dipundak orangutan, karena saat ini mereka semakin sulit untuk menebar/menyemai biji-bijian hutan. Hutan semakin menyempit, mereka kian terjepit pula.
Keseimbangan ekosistem yang pernah ada kini tidak seimbang lagi. Mungkin kata itu yang bisa dikatakan. Mengapa demikian?. Tidak banyak lagi ada hutan yang bisa menopang ketika hujan tiba, banjir pun datang demikian pula dengan longsor kerap kali hampir datang bersamaan bila hujan silih berganti datang.
Keistimewaan orangutan spesies payung menjadi syarat utama untuk selalu ada kini dan nanti, tidak banyak cara untuk dilakukan; hanya kesadaran, kemauan dan peran serta semua secara bersama untuk saling menjaga, melindungi, menyemai/menanam dan melestarikan habitat. Semoga habitat hidup orangutan tetap ada dan lestari sebagai penyeimbang ekosistem yang ada.
By : Petrus Kanisius- Yayasan Palung