Lihat ke Halaman Asli

Petrus Kanisius

TERVERIFIKASI

Belajar Menulis

[100 Puisi] Pagi Menjelang Senja, Penantang Maut Melawan Ombak Mengais Rejeki

Diperbarui: 16 Februari 2016   15:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Para penantang melawan ombak mengais rejeki. Foto dok. antaranews.com.

 

Sayup-sayup terdengar kala sinar mentari belum memancarkan sinarnya dua pasang manusia terlihat dalam bayangan gelap menuju perahunya.

Mata tertuju, terheran dengan kenekatan dua pasang manusia yang ternyata setelah setengah abad itu tanpa ragu melawan ombak di samudera raya lautan lepas.

Perahu setengah usang itu mulai dikayuhnya dengan kayuh pertama hingga seterusnya,

Kayuh demi kayuh melawan ombak menerjang menantang tanpa takut menyerah jiwa untuk sesuap nasi,

Mengais rejeki dalam ganasnya ombang bergulung setinggi puluhan meter,

Kenekatan mereka itu ternyata telah lama mereka perankan,

Mereka hanya bersuara seperlunya saja, tangan cekatan begitu terampil membentangkan pukat yang panjangnya 10 hingga 15 meter.

Mentari sudah memancarkan sinarnya sebagai penanda pukat-pukat yang mereka bentangkan sudah siap untuk diangkat dan berharap beroleh banyak ikan, kepiting, teripang atau udang.

Setelah diangkat, terkadang tangkapan mereka jauh dari harapan, tetapi mereka tidak jera.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline