Ini salah satu cara sesamaku manusia menyakitiku. Foto dok. Yayasan Palung
Dari dulu hingga kini (mungkin mendekati ratusan tahun) aku terus disakiti. Beragam bentuk dan cara digunakan oleh banyak orang untuk menyakitiku.
Jika di rimba raya aku bebas tampa tersakiti. Namun semakin hari pula aku terus berjuang dengan rasa sakitku, jumlahku di rimba raya pun semakin berkurang jumlahnya. Bisa jadi, rimba raya yang tersisa kini tak banyak lagi diambang kritis terkikis habis demikian juga denganku dan beberapa sahabatku seisi rimba raya. Kini rambut-rambutku semakin botak. Mahkotaku bernama tubuhku dilucuti dan dikuliti.
Baris berbarisku berdiri tidak kokoh lagi menahan panas ketika sesamaku terdahulu disuruh/dipaksa rebah. Tidak bisa disangkal pula selain dilucuti dan dikuliti, aku dipotong-potong. Setelah dipotong-potong terkadang aku tidak luput untuk dijual bahkan rumahku kerap kali dibakar.
Sisa-sisa pembersihan lahan (land clearing) dan selanjutnya di atau ter bakar . Foto dok. Yayasan Palung
Sakit dan tersakiti ku sampaikan, aku telah sering kali mengadu kepada sesamaku manusia untuk terus melindungi dan menjagaku tetapi sering kali aduanku tentang rasa tersakitnya bertepuk sebelah tangan. Banyak diantara sesamaku manusia hanya memanfaatkanku saja, setelah itu aku disakiti. Tidak jarang pula potongan-potongan tubuhku dibuang diladang gersang atau semak belukar dan dibakar.
Sejujurnya rambutku, tubuhku dan kakiku sebagai nafas bagi semua. Tidak terkecuali semua sesamaku makhluk hidup lainnya. Aku hanya termenung sejenak, bagaimana sesamaku tampa aku, atau mungkin sesamaku manusia sudah bisa hidup tampaku. Tetapi bagaimana dengan yang lainnya.
Ku melihat, sesamaku manusia ada yang bahagia ketika aku tersakiti. Walau ada juga yang sedih dan menangis karena melihat nasibku.
Tidak banyak yang kuminta, bisa kah kita semua untuk sama-sama menjaga. Bagaimana jika rumahmu disakiti, wahai manusia?. Aku bertanya dan terus bertanya sampai kapan aku terus disakiti?.
Ku berharap pula, semoga aku bisa dirawat. Karena, kini aku sudah semakin tua dan renta. Bila aku tidak bisa berdiri kokoh lagi, aku tidak tahu apa yang terjadi nanti.
By : Petrus Kanisius- Yayasan Palung