Lihat ke Halaman Asli

Delusi

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Disaat yang paling sepi, aku suka menghayalkan kau datang menemaniku. Datang mendendangkan lagu india. Apa yah? Kuch kuch hota hai mungkin. Atau apalah, terserah kamu saja yang bersenandung. Aku tidak peduli apa yang kau buat dengan suaramu itu, aku hanya suka kau ada disampingku.

Atau jika sepiku datang di dalam kegaduhan, kau akan datang menutup telingaku. Katakan saja, disini tidak baik, bagaimana dengan sepotong hujan di luar? Kita tak ada payung.. Astaga gadis ini, kawanan hujan adalah atap, kenapa kau mencari payung? Lalu kau mengikat genggamanmu pada kanan tanganku dan kau bawa lari.

Ku pikir-pikir kenapa aku suka membayangkanmu? Juga, kenapa disaat paling sepi aku baru memintamu datang? Aku tidak tau. Kau bertanya kenapa? Terima saja, jawabannya adalah karena. Aku tidak punya alasan lain. Kau tau aku tidak tau menciptakan alasan.

Tapi disaat yang paling sepi itu, kau memang datang. Seperti yang ku hayalkan, kau duduk persis disampingku. Harum mu masih segar yang sama. Yang membuat kejut kemudian adalah kau yang tertanya. Kamu siapa?

Ku jawab saja: perkenalkan A, aku luka.

Di akhir kau mencekikku, membiarkan ku mati. Katamu: luka tidak seharusnya ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline