Lihat ke Halaman Asli

Pirdandi Aslami

Mahasiswa Ilmu KOmunikasi UMM

Pendapat dari Dewan Pers untuk Media Massa terhadap Berita Pembunuhan, Bunuh Diri, dan Kekerasan di Media

Diperbarui: 26 April 2021   06:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

       Beberapa waktu pimpinan dewan pers, Yosep Stanley Adi Prasetyo, mengingatkan kepada media massa untuk lebih berhati-hati dalam memberitakan yang berkaitan dengan pembunuhan, termasuk kasus bunuh diri. seperti kasus bunuh diri vokalis Linkin Park yang tewas karena bunuh diri, kasus bunuh diri tidak hanya terjadi di luar negeri saja di Indonesia juga sering terjadi kasus bunuh diri, yang cukup populer di media massa yaitu kasus seorang pria bunuh diri secara live streaming di facebook.

      Dewan  Pers yosep stanley berpesan kepada media massa yang memberitakan kasus pembunuhan dan kasus bunuh diri tidak perlu menjabarkan secara detail terkait rekonstruksi, penyebab dan proses terhadap kasus bunuh diri kenapa tidak boleh menjabarkan secara detail karena  dikhawatirkan akan ditiru orang lain yang mengalami masalah depresi berat, yosep memberitahukan jika media massa terlalu detail dalam memberitakan kasus bunuh diri kemungkinan besar peluang bagi orang lain untuk meniru dalam istilah kriminologi disebut “copycat suicide” 

       Yosep berharap media massa mencabut berita yang menggambarkan kasus pembunuhan secara detail, Yosep juga berharap para jurnalis memahami proses pembunuhan atau hal-hal sadis tidak perlu diceritakan. 

        Kasus pembunuhan seringkali muncul di media massa nasional, yaitu kasus pembunuhan remaja dinilai dapat meningkatkan kecemasan orang tua terhadap keamanan anak-anaknya, media massa seharusnya melakukan tugasnya sesuai dengan fungsinya sebagai media informasi, pendidikan, dan kontrol sosial. Media massa cenderung menginspirasikan orang dalam melakukan tindakan kejahatan. kriminalitas cenderung meniru kejahatan lainya melalui media massa sebagai alat pembelajaran bagi pelaku dalam mengemas perbuatan kriminal, ia mencontohkan kasus-kasus pembunuhan disertai mutilasi yang belakangan ini muncul berkali-kali diberitakan di media massa.

        Media massa memiliki efek yang paling kuat terhadap masyarakat dalam hal peniruan adalah televisi, tayangan rekonstruksi kriminalitas sebaiknya diberhentikan karena sangat berbahaya, sebaiknya media tidak mengangkat pemberitaan pembunuhan secara detail, akibat media pada penonton anak-anak pada usia 8 tahun akan mendorong aksi kriminalitas pada usia 30 tahun. apakah konstruksi konten kekerasan oleh media dengan segala dampaknya. dalam penelitian yang dilakukan sosiolog shearon lowery dan melvin menunjukan bahwa konten kekerasan mampu mendorong terciptanya kegelisahan umum penyebabnya, berita kejahatan di media dipandang sebagai fakta. Selain itu, konstruksi realitas kejahatan ke dalam laporan jurnalistik oleh media, hal tersebut bukan sengaja atau tidak apa yang dikehendaki ataupun untuk membuat berita tersebut semakin menjual.

         pemberitaan kekerasan atau kriminalitas yang layak media harus dapat menjelaskan seberapa serius nya kejahatan dalam tingkat keberbahayaan nya, tujuannya agar media tidak melulu mengemas peristiwa kejahatan sebagai komoditas melainkan bagaimana berita media memberi pencerahan  agar masyarakat dapat memahami fenomena yang sedang terjadi. secara umum media harus membatasi ruang berita kejahatan secara proporsional jangan menganggap masyarakat sebagai khalayak pasif, selain itu hindari deskripsi detail atau modus kejahatan agar tidak berujung peniruan. Meskipun media telah memberikan informasi harus diakui media juga memberikan akses berupa ketegangan, saat ini peran media memiliki alternatif baru dan mudah yaitu dengan peran sosial media mewujudkan keterbukaan informasi publik memungkinkan orang memperoleh informasi yang berguna bagi dirinya sendiri maupun orang lain, sosial media digunakan untuk menyampaikan berita tanpa mempertimbangkan konsep sering terjadi melenggang bebas tanpa perlu menyampaikan identitas, membuat media sosial seolah menjadi ajang pasar bebas dalam menyampaikan informasi.

         Membincangkan konten kekerasan di media, seperti membahas aspek estetik di satu pihak dan destruktif di pihak lain, ahli komunikasi sophie jehel menjelaskan konten kekerasan dapat menyebabkan ketertarikan, kita takut negeri ini miris melihat kejahatan seperti pembunuhan tapi tak kunjung beranjak pergi. Kekerasan dalam media memancing reaksi penolakan walaupun memikat, konten kekerasan ini mengandung unsur mendominasi tanpa persetujuan kita jenis berita ini menyentuh rasa ingin tahu kita, Memang berita kejahatan adalah informasi penting, tapi jauh lebih penting, untuk mengurangi efek negatif yang bisa di timbulkan bagi masyarakat luas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline