Saat akan merenovasi rumah, terkadang ada saja hal-hal yang tak diinginkan terjadi. Misalnya, dijanji-janji manis oleh "oknum" tukang yang merangkap pengawas, yang menyebabkan renovasi rumah akhirnya mangkrak, akibatnya kami harus mencari tukang baru lagi, sehingga biaya renovasinya membengkak. Terlebih lagi jika merenovasi rumah memakai bantuan tukang profesional, seperti menggunakan jasa kontraktor, jujur saja kami tidak sanggup. Terlebih rumah kami hanya berukuran 7×14 meter persegi.
Betul banget, menggunakan tukang atau bukan jasa profesional memang ditanggung oleh pemilik rumah ketika melakukan renovasi. Jika terjadi apa, seperti ditinggal begitu saja oleh tukang atau pekerjaannya yang memakan waktu lama, pemilik rumah tidak bisa menuntut tukang tersebut. Sebab, tidak ada perjanjian hitam diatas putih, kecuali kepercayaan terhadap tukang tersebut.
Harapan terbesar kami saat ini adalah menemukan tukang bangunan yang profesional ketika bekerja. Tidak semata-mata mementingkan keuntungan semata, namun tukang bangunan yang mempunyai etika baik serta bertanggungjawab terhadap pekerjaannya.
Pasalnya, kami sudah kedua kalinya mendapatkan tukang bangunan kerjanya terbilang asal-asalan, sekarang mengalaminya untuk ketiga kalinya, hal itu bisa dilihat dari hasil yang dikerjakannya.
Memang uang masih menjadi "primadona" bagi mereka, sebab jaman sekarang ini uang "maha kuasa" menyelesaikan masalah dalam merenovasi rumah. Hal itu tidak jadi soal, kalau tukang bangunan itu kerjanya rajin dan hasilnya memuaskan pemilik rumah. Sebaliknya, apabila hasilnya tidak sesuai ekspektasi tentu membuat pemilik rumah enggan memanggilnya kembali. Tidak hanya membutuhkan tukang bangunan yang memikirkan untung semata, tapi juga rajin, terampil dalam membangun rumah. Selain itu, mencari tukang bangunan pekerjaannya rapi tapi cepat dan jujur dalam mengerjakan tugasnya, tidaklah mudah.
Jangan sampai hasil pekerjaannya tidak memuaskan seperti yang terjadi pada rumah kami. Padahal hanya sedikit sekali, dibandingkan membangun rumah dari nol. Hasil pekerjaan tukang bangunan yang tidak profesional betul-betul membuat kami jengkel dan kecewa. Padahal kami sudah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk merenovasi rumah tua yang memang membutuhkan polesan dari tangan ahlinya dan bukan tukang asal-asalan. Melalui pemborongnya, mereka sudah kami bayar full tanpa kas bon. Berarti urusannya dengan bosnya dong.
Meski menyisakan tembok bagian luar yang belum diplester dan dilapisi cat anti bocor, namun beberapa ruangan yang sudah dikerjakan itu hasilnya terbilang rapi, tapi kenapa belakangan ini selalu mengulur waktu, benar-benar merusak mood kami, bahkan menguras kesabaran kami. Boleh jadi, ada proyek pembangunan rumah lain selain rumah kami, sehingga renovasi rumah kami urung rampung, akibtnya kalau hujan masih bocor.
Kesabaran kami pun habis, barang-barang alias peralatan "oknum" tukang bangunan tadi dikembalikan ke empunya pada Rabu, 15 Nopember 2023.
Hal ini dilakukan agar kami terhindar dari dosa pertengkaran rumah tangga, yang disebabkan mangkraknya renovasi. Masalahnya, kalau saya bilang ada bagian rumah yang rembes, bukannya tukang tersebut yang kena marah, justru saya yang kena semprot istri, beruntung sekali itu orang. Itu tadi salah satu dosa dalam rumah tangga, akibat tukang bangunan yang memang jago mengobral janji manis