Trinil di Ngawi Jawa Timur menjadi saksi sejarah penemuan manusia purba (Phitecantropus Erectus) yang tercatat dalam tinta emas lembaran publikasi dunia. Ini sebuah kebanggaan tersendiri bangsa Indonesia.
Teori tentang evolusi yang membahana dilontarkan oleh Charles R Darwin pada abad 19, telah mengusik pikiran cermerlang seorang bocah kelahiran Eijden Belanda pada 1858 bernama Eugene Dubois.
Eugene Dubois dengan tekun dan mencermati berita-berita di koran tentang reaksi gegap gempita para ilmuan mengenai teori evolusi.
Perjalanan Dubois hingga pada pembuktian akan teori evolusi didasarkan pada argumentasi yang hipotetif dan fantastis.
Charles R Darwin Dasar-dasar pemikiran Darwin akan teori evolusinya, yaitu spesies, adaptasi, dan seleksi alam, serta teori Lyell akan kerentaan bumi, telah mendewasakan Dubois sebagai seorang naturalis sejati.
Huxley membandingkan manusia dengan kera kera Afrika, dia menyimpulkan bahwa struktur anatomi dan pertumbuhan antara simpanse dan manusia hampir sama.
Eugene, Dubois Ilmu pengetahuan pada saat itu belum siap menerima teori evolusi telah memperburuk situasi sehingga persoalan menjadi demikian sesnsitif. Kesimpulan kesimpulan yang cermelang dari para evolusionis akhirnya disajikan secara spekulatif bahkan disalah tafsirkan.
Masyarakat saat itu dan bahkan para ilmuwan sekalipun, banyak yang meloncat pada kesimpulan bahwa manusia keturunan langsung dari kera. Jika manusia adalah manusia dan kera adalah kera, maka pertalian antara keduanya harus dapat ditemukan dalam bentuk fosil.
Timbullah kemudian istilah "Missing Link", mata rantai yang hilang. Maka, Missing Link pun segera dipertanyakan dunia dan dicari.
Jawaban pasti tentang polemik berkepanjangan akan Missing Link terjawab telak di tangan Dubois.