Epilepsi telah dikenal sejak lama dan menjadi momok menakutkan di tengah masyarakat, lantaran dianggap aib, paling mengerikan penyakit "kutukan" begitu mendarah daging hingga saat ini.
Masalah serius itu muncul ketika stigma negatif terhadap ODE menghinggapi pasangan kita maupun keluarga, disitulah ujian sesungguhnya di mulai. Stigma terhadap ODE berasal dari lingkungan keluarga hingga petugas kesehatan. Padahal, jika mendapat pengobatan yang tepat maka akan meningkatkan kualitas hidup ODE di tengah mayoritas.
Stigma terhadap ODE akan menyebabkan diskriminasi. Dengan kolotnya pola fikir inilah ODE maupun keluarga ODE biasanya menutup diri sehingga tidak melakukan pemeriksaan. Dengan begitu, epilepsi bukan sekadar masalah kejang namun masalah psikososial.
Memperhatikan kasus-kasus diatas menjelang peringatan Hari Epilepsi se dunia yang setiap tahunnya jatuh pada 26 Maret. Perpei Cabang Makassar yang diketuai dr. Andi Weri bersama Perdossi dan Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, akan menggelar serangkaian kegiatan, mulai dari Workshop Operator elektroensefalografi (EEG), Workshop EEG Reading, Seminar Medis, hingga Family Gathering bersama Komunitas Peduli Epilepsi Makassar.
Rencana kegiatan akan diselenggarakan di Auditorium Prof. Achmad Amiruddin Unhas, pada Sabtu-Minggu 11- 12 April 2020.
Ketua Perpei Cabang Makassar, dr. Andi Weri menjelaskan, peringatan hari epilepsi se-dunia tahun ini mengusung tema "Together we make friendship and raise awareness"
"Acara seminar medis menghadirkan dokter-dokter ahli saraf yang akan mengupas tuntas tentang epilepsi dan permasalahannya," imbuh Weri.
Adapun maksud dan tujuannya, yaitu:
1. Memperingati hari epilepsi se dunia
2. Menghimpun Orang Dengan Epilepsi (ODE) dan care giver ODE agar dapat mengurangi stigma negatif tentang epilepsi
3. Meningkatkan pemahaman bagi dokter umum agar dapat mendiagnosa dengan tepat kasus epilepsi baru.