Puasa melatih itu kesabaran, kesederhanaan. Puasa juga melatih hawa nafsu buruk dari tubuh manusia, tanpa hawa nafsu hidup kita akan monoton seperti robot, dengan berpuasa manusia dilatih untuk mengendalikan hawa nafsu yang kurang baik.
Selain itu puasa juga melatih kita merasakan sebagai kaum duafa, yang tidak mampu membiayai hidupnya sendiri, termasuk buat makan.
Bulan suci Ramadhan merupakan waktu yang tepat mulai mengubah gaya hidup jadi lebih baik terhadap lingkungan.
Karena hakekatya Ramadhan adalah, bulan pengendalian diri, menahan segala hawa nafsu. Utamanya hawa nafsu konsumtif.
Dengan menahan diri dan tak berlebihan. Insha Allah kita dapat membawa kebaikan. Tidak cuma untuk diri sendiri, tapi juga pada lingkungan sekecil apapun yang beredar disekitar kita.
Puasa itu pengendalian diri dari hal-hal yang membatalkan puasa. Paling susah melawan godaan baru timbul manakala mendekati waktu berbuka puasa, rasa lapar dan dahaga begitu tak terbendung saat melihat kombinasi makanan tersaji di meja makan. Mulai dari minuman, berbagai jenis takjil jelang berbuka bersama, ingin rasanya semua takjil tersebut di makan, kesannya kok rakus amat ya!
Paling tidak sulit menahan godaan perut tat kala tersaji kue barongko dan kue lapis india, jujur saya paling tak kuasa membendung, sembari menunggu bedug dan kumandang azan magrib untuk segera berbuka puasa, menyantap keduanya.
Boleh dikatakan mampu menahan nafsu birahi, lapar dan dahaga. Akan tetapi urusan satu ini, tak berkutik untuk tidak melahap barongko dan lapis india yang terkenal enak dan manis. Memang kue tradisional ini pasaran di Kota Makassar, akan tetapi diluar ramadhan rasanya biasa-biasa saja kok, berbeda kenikmatannya ketika memasuki bulan ramadhan.
Begitulah problematika Ramadhan di Indonesia. Pasti pada memiliki menu andalan masing-masing.
Kisahnya dilanjut lagi nanti dengan tema lain ya....