Lihat ke Halaman Asli

Subhan Riyadi

TERVERIFIKASI

Abdi Negara Citizen Jurnalis

HPSN Bukan Pedagang Musiman, Tetapi Sebuah Keniscayaan

Diperbarui: 23 Februari 2019   16:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(HPSN Itu Bukan Pedagang Musiman, Tetapi Sebuah Keniscayaan/dokpri)

Serangan sampah itu sungguhnya tak terkira sepanjang masa. Hanya mengotori tak mau membersihkan.

Utamanya menyadarkan budaya bersih, yang diperkirakan sampah-sampah ini apabila dikumpulkan mencapai 1 ton lebih.  

Butuh pengorbanan luar biasa membudayakan tidak membuang sampah sembarangan, khususnya ditepian jalan poros. Keberadaan sampah di jalan-jalan tesebut bukannya tanpa sebab, diantaranya jumlah armada kurang memadai ditambah rusaknya mesin armada; Jadwal pengangkutan sampah molor; Kesadaran masyarakat.

Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) sendiri bukan seperti pedagang musiman, tetapi lebih mengarah kepada keniscayaan yang peduli akan kebersihan lingkungan.

Apapun kampanyenya, seminarnya bentuk lokakaryanya,  apabila masyarakatnya masih kotor, kebersihan hanya hayalan belaka.

Nampaknya, HPSN hanya angin lalu, ibarat panasnya tim pemenangan Paslon Capres dan Cawapres, setelah diketahui pemenangnya, perdebatan itu lenyap dalam sekejab.

Rintangan membawa perubahan yang lebih baik selalu ada dari pihak -pihak yang mengotori tetapi tidak mau membersihkan.

Indonesia sendiri produsen sampah plastik laut nomor 2 terbesar setelah Tiongkok, dengan produksi 1 juta ton per tahun. Jumlah ini setara dengan 1 truk sampah plastik ditumpahkan setiap 10 menit ke laut.

Yang harus dibuktikan untuk planet bumi ini, dengan memberi contoh tidak membuang sampah sembarangan, terutama di jalan raya. Bagi pengguna kendaraan pribadi jangan buang sampahnya di jalan, sebab jalanan bukan tempat sampah.

Anggapan orang sampah itu menjijikkan, bagi pegiata lingkungan, pemulung, kreator seni, ilmuwan sampah itu bernilai ekonomis.

Dibenakku terngiang, nama Asda asal Malino. Ternyata dijaman serba sulit sekarang ini, masih ada anak muda yang mau bekerja sebagai petugas kebersihan sampah secara sukarela. Sementara di Kota selalu dihadapkan pada pemandangan tak sedap. Bahkan faktanya, usai membayar retribusi, sampah tetaplah melimpah. Hal ini membuat warga kesal memicu bertindak diluar nalar sehat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline