Tak usah heran atau kagum, biarkan saja kusen pintu itu menganga lebar
Kepada kusen rumahku yang tak lagi kokoh menjaga permata hatiku.....
Rumahku sederhana saja, type 21 serasa berdiam di hotel bintang lima...
Tak sebagus istana negara, batu batanya dari lumpur atapnya asbes bergelombang, itupun berlobang sisa paku-paku berkarat...
Acapkali hujan, atapnya melantunkan suara berisik dan terpercik memeluk rasa kemirisan, sedemikian menarik karena terkenang selamanya...
Kusen itu dulu begitu tangguh akan hujan dan banjir, kini perlahan rapuh digerogoti rayap....
Ventilasinya saja berhiaskan retakan bertaburkan ilmu pengetahuan...
Pintunya menganga setiap saat, tak kenal pagi, siang dan malam, begitulah adanya.....
Kayumu tak lagi gagah melindungiku dari terik dan banjir...
Jendelanya saja tak simetris menyajikan sepoi-sepoinya cuaca yang tersesat...
Aku yang seorang perangkat pemerintah, tak lagi sanggup membeli sebatang kusen baru
Bahkan pintunya sekalipun....
Yah, tertawalah...
Biarkan saja kusen itu menganga lebar-lebar...