Lihat ke Halaman Asli

Subhan Riyadi

TERVERIFIKASI

Abdi Negara Citizen Jurnalis

Tedong Pallubasa, Hidangan Bersejarah yang Menggoda Selera

Diperbarui: 27 Januari 2019   10:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tedong Pallubasa (dokpri)

Cuaca hujan sekarang ini menyebabkan kondisi kian mencekam, lantaran dinginnya suhu di Makassar, tak ubahnya negara eropa.

Guna mengimbangi dinginnya cuaca belakangan menghantui Kota Daeng, enaknya hunting kuliner yang mampu menghangatkan tubuh kita.

Upaya tersebut, sekiranya tepat rasanya mencicipi 'Tedong Pallubasa' jenis kuliner satu ini terbilang mampu menghangatkan tubuh yang membeku, itu yang dilakukan teman saya dikala libur sekaligus menginformasikan kepada publik sebagai bahan literasi kuliner nusantara.

Tedong Pallubasa (dokpri)

Dari ratusan kuliner yang tersebar, kuliner satu ini berbeda dengan lainnya. Sehingga membuat perut keroncongan ini kian penasaran dibuatnya, saking tak tahan lantas bergegas memasuki sebuah warung yang terletak di lorong kecil yang didominasi warna hijau ini mengganjal perutku, rupanya perut ini sedari rumah tadi tak kuasa untuk merasakan semangkuk Tedong Pallubasa. Kata Tedong  jika diartikan ke dalam bahasa Makassar berarti Kerbau. Betul sekali, bahwa (Palbas) Pallubasa ini berbahan dasar daging kerbau.

Tentunya untuk mendapatkan daging kerbau tidaklah mudah, dimana kerbau ini posisinya tergerus oleh daging sapi. Padahal, essensinya kerbau itu lebih tangguh dari sapi.

dokpri

Bayangkan saja, sebelum lahirnya "robot-robot" pembajak sawah, kerbau menjadi sahabat petani, kerbau-kerbau ini begitu sabarnya membajak sawah hingga setia menemani petani hingga memanen padi.

Lagi-lagi, keberadaan kerbau tergerus oleh sapi dan robot-robot bermesin membuyarkan habitat kerbau. Walhasil, selain dimanfaatkan tenaganya, rupanya kerbau dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan olahan, yang salah satunya bernama Pallubasa Tedong selain daging sapi.

Konon, kuliner berkuah segar yang dicampur kelapa parut goreng ini sudah ada sejak zaman nenek moyang dan menjadi favorit warga Makassar serta Kabupaten disekitarnya. Lantaran pada masa itu Pallubasa merupakan kuliner favorit dan enak yang harganya ramah di kantong.

Zaman dahulu daging kerbau ikonnya Pallubasa, sehingga dinamakan Warung Tedong Pallubasa. Seiring perubahan orde, dari orde lama ke orde Millenial sekarang ini mulai sulit mendapatkan daging kerbau atau tedong. Penjualnya menyiasatinya untuk daging dan jeroannya rata-rata sudah memakai daging sapi.

dokpri

Ini yang membedakan keberadaan warung Pallubasa yang terletak di Jalan Gunung Latimojong, tepatnya menumpang di bangunan  Toarco Toraja Coffe, tak jauh  dari jalan Gunung Salahutu.

Harga semangkuk tedong Pallubasa bertaburkan  kelapa sangrai hanya Rp. 15.000, nasi Rp. 2000 serta sebutir telur bebek dibanderol Rp. 5000. Irisan daging tedongnya pun cukup besar ketimbang irisan daging sapi.

Sangat cocok disantap pada cuaca dingin,  ditemani sepiring nasi yang masih mengepul menambah selera di hari yang mulai beranjak siang.

Sejalan mentari beranjak ke peraduannya para penikmat memadati warung Pallubasa tedong satu ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline