Lihat ke Halaman Asli

Subhan Riyadi

TERVERIFIKASI

Abdi Negara Citizen Jurnalis

Kasi Kebersihan Kecamatan Biringkanaya Bersedekah Sampah

Diperbarui: 10 Januari 2019   12:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bersedekah Sampah (dok/Humas Pemkot Makassar).


Bersedekah tak selamanya menggunakan uang.  Ketika kita ingin bersedekah, namun pada saat bersamaan tidak punya uang?.

Jangan khawatir, berbekal sampah kini warga bisa tetap bersedekah. Upaya ini seperti yang dilakukan Kasi Kebersihan Kecamatan Biringkanaya, Andi Achiruddin yang ingin merubah mindset kita memulai memilah sampah rumah tangga sebelum dibuang ke tempat pembuangan sampah sementara.

Andi Achir menuturkan, "yang selama ini bahwa sedekah itu hanya diberikan berupa materi, tetapi ternyata bersedekah juga bisa menggantinya dengan sampah yang bernilai rupiah." Urai Kasi Kebersihan Kecamatan Biringkanaya.

Anggapan selama ini sampah hanyalah sampah tak berguna. Bagi mereka sampah bernilai rupiah.

Selain sebagai gerakan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan hidup, Sedekah Samph ini tentu akan membawa kebaikan dunia akherat.

Adapun sampah yang bernilai ekonomis terdiri dari atas, kertas, plastik, kardus bekas, koran bekas dan sisa botol air minum mineral, sisa gelas air minum mineral serta besi rongsokan.

Berikut urutan sampah berdasarkan lama proses penghancurannya:

Sampah organik, atau sampah yang berasal dari bahan alami seperti sayur, kulit buah, dan lain-lain akan hancur dalam hitungan hari atau minggu. Atau paling tidak kurang dari satu bulan. Sementara sampah kertas akan terurai dalam waktu dua sampai enam bulan.

Kantong plastik biasa membutuhkan waktu sepuluh sampai 12 tahun untuk terurai. Botol plastik lebih lama lagi. Karena polimernya lebih kompleks dan lebih tebal, botol plastik memiliki waktu 20 tahun untuk hancur. Sedangkan sterofoam biasa yang sering digunakan di Indonesia, membutuhkan waktu 500 tahun untuk bisa hancur sempurna, jenis satu ini boleh dikatakan "sampah abadi."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline