Bagai Katak dalam tempurung apabila dilihat di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya orang yang bodoh/berwawasan sempit/picik tetapi merasa dirinya paling mengetahui segalanya. Boleh dikatakan "Sok tahu" padahal sebenarnya tidak tahu apa-apa.
Parahnya lagi Kebanyakan orang katak dalam tempurung itu relatif mendapat tempat di hati, lantaran ia pandai berbicara untuk meyakinkan orang lain dengan keahlian tutur bahasa yang sedikit ngawur. Padahal orang ini berpikiran sempit dan tidak memiliki wawasan yang luas.
Baca juga : Resign Dari Perusahaan Multi Nasional Seperti Katak Keluar Dari Tempurung
Misalnya ia berbicara tentang seluk beluk pulau Jawa atau pulau Sumatera padahal dia tidak pernah menginjakkan kakinya ke pulau tersebut. Orang bertipikal "katak dalam tempurung" ini tidak mau mengakui kelemahannya, condong ngotot dan kepala batu. Mirisnya, orang-orang seperti ini tidak pernah kemana-mana, urusannya hanya di Dapur, Sumur dan kasur, lebih mengutamakan otot ketimbang otak.
Untuk sekarang ini Pribahsa tersebut perlahan tapi pasti berangsur-angsur luntur seiring perkembangan teknologi. Peribahasa itu, berubah total menjadi bagaikan katak dalam teknologi tepatnya mbah google.
Artinya, tanpa banyak koar-koar alias tong kosong nyaring bunyinya, komunitas ini sudah mengetahui segalanya. Toh demikian validasi teknologi indormasi begitu dibutuhkan guna mengupdate informasi, orang-orang membutuhkan akurasi data dan informasi, bukan informasi lama alias berita basi.
Baca juga : Seberapa Sering Kamu Melihat Katak?
Meskipun ada mbah google, katak dalam tempurung ini diwajibkan "keluar rumah" alias merantau untuk mencari ilmu dan mempelajari adat budaya daerah lain. Cobalah bepergian merantau ke daerah lain, dan lebih sering lagi bertemu dengan orang-orang baru untuk bertukar ilmu juga.
Jangan hanya sibuk memukuli buku, memukuli meja atau kursi sebab mereka hanya benda mati dan tidak tahu permasalahan, maka sudah sewajarnya dirawat sebaik-baiknya lantaran tidak bersalah. Yang paling disesali sibuk menceritakan keburukan orang lain, tanpa memikirkan keburukan dirinya sendiri.
Baca juga : Mungkinkah Gada Rujak Polo di Banyumas Memotivasi Katak Rebus, Whit Gibbons
Tidak salah apabila saya menuliskan pepatah "Orang lebih mengingat keburukan atau kekurangan orang lain, dari pada mengingat kebaikannya." Kemudian memang tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, meski dalam penciptaannya manusia nampak sempurna dari makhluk ciptaan-Nya.