Lihat ke Halaman Asli

Subhan Riyadi

TERVERIFIKASI

Abdi Negara Citizen Jurnalis

Jangan Sepelekan Manfaat Kentut bagi Kesehatan

Diperbarui: 23 September 2018   13:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(alodokter.com)

Jangan sepelekan kentut, padahal gas buang satu ini sangat bermaat bagi kesehatan manusia. Bukan hanya manusia loh yang kentut, hewan pun juga kentut, hanya caranya berbeda.

Betapa sakitnya orang yang tidak bisa mengeluarkan gas buang atau kentut. Pengalaman menyakitkan ini bukan rekayasa, bim salabim abrakadaba begitu saja. Bukan juga cerita bohong belaka. Peristiwa menahan kentut hingga jatuh sakit ini menimpa anak laki-laki saya.

Rupanya kekerasan terhadap anak-anak tidak hanya berbentuk siksaan fisik saja. Bagi anak-anak menahan kentut sama artinya menyiksa kebebasan mereka mengeluarkan gas buangnya. Kejadian mengerikan ini terjadi pada Kamis 20 September 2018 dini hari atau Jum'at 21/9/2019.

Bangun tidur pagi mendadak sakit, sehingga membuat kami panik setengah mati. Tak ayal ibunya jantungnya dibuat dag-dig-dug-der mengurusi sakit perutnya si kecil pagi itu.

Setelah mendapat perawatan sedemikian rupa, maka sembuhlah dari sakit perutnya. Tanpa dinyana si kecil ini bertutur kepada mamanya (panggilan ibu di rumah mama), bahwa penyebab sakitnya mulai tadi malam karena menahan kentut sejak sore hari, "takut dimarahi kakaknya" menjadi dalih anak saya, memang kakaknya terkenal temberang terhadap adik-adiknya, terutama hal-hal jorok dan berbau kentut.

Melihat kondisi ini, adiknya memilih menahan rasa kentut di kamar menjelang tidur malam. Begitu adiknya mengacak-ngacak tempat tidur, langsung dimarahinya, maklumlah kakaknya seorang perempuan tomboy dan suka main futsal, namun di rumah terkenal pembersih, sementara adiknya-adiknya laki-laki dan perempuan lebih manja, wajarlah tingkahnya lebih kekanak-kanakan, apalagi masih berusia 11 dan 10 tahun.

Guna menghindari "semprotan" kakaknya, adiknya menahan rasa kentut hingga tidur malam, bahkan sebelum benar-benar mengatupkan matanya, kira-kira pukul 21.30 wita malam anak saya sempat berlari ke kamar mandi untuk buang air besar, perutnya serasa kembuang tetapi BAB-nya tidak keluar, hal ini disebabkan terlanjur lama menahan kentutnya di dalam perut.

Akhirnya secara terpaksa si kecil tidur kembali sembari menahan kentut hingga keesokan harinya.

Nah, begitu bangun tidur pagi wajahnya begitu pucat pasi dibarengi badannya menggigil bak orang demam. "Perutku sakit ma," keluhnya. Dia memanggil ibunya dengan sebutan 'mama'. Naluri seorang ibu tentulah cekatan mengurus si buah hati. Setelah diberi sarapan bubur dan minum teh hangat manis, lantas diberi obat sakit perut, sempat tertidur pulas.

Alhamdulillah, sebangunnya dari tidur yang tertunda kondisinya perlahan namun pasti kian membaik. Padahal tepat diwaktu tersebut, Jum'at di sekolahnya dilangsungkan ulangan harian, dengan kondisi lemah seperti itu terpaksa absen ulangan hingga ibunya pergi ke sekolah untuk memberi kabar kepada pihak sekolah.

Sepulang dari tempat bekerja, saya cukup kaget sebab anak saya yang ketiga ini sudah banyak makan dan bahkan bermain bulutangkis dilorong sempit depan rumah bersama adik perempuannya, seolah-olah tidak pernah merasakan sakit perut, gara-gara menahan kentut seharian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline