Lihat ke Halaman Asli

Subhan Riyadi

TERVERIFIKASI

Abdi Negara Citizen Jurnalis

Fenomena Politik Dorong Mobil dan Politik Hantu

Diperbarui: 7 Juli 2018   18:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Politik bantu dorong mobil mogok tentu terdengar aneh ditelinga orang Indonesia, khususnya orang awam politik seperti saya ini. Baik, dari kacamata awam politik dorong mobil mogok, ia ibarat mencalonkan diri sebagai pimpinan daerah diusung oleh beberapa partai politik, mendorong kandidat memenangkan pemilihan  kepala daerah setempat. Tidak tanggung-tanggung, nyaris seluruh partai mendorongnya untuk bertarung di pemilihan umum, yang konon katanya berlangsung jujur, adil dan transparan.  

Berbondong-bondong mendorongnya untuk suksesnya mengkampayekan visi misi mengumpulkan simpatisan guna mempermudah jalannya figur yang diusung memenangkan pemilihan suara, melalui cara mendorong mobil mogok tersebut.

Politik dorong mobil ini lama dipraktekkan di tanah air, namun demikian perjuangan para pendorong mobil mogok ini patut diajungi jempol. Saat melihat seorang kandidatnya mogok di di pertengahan jalan. Hal ini terjadi lantaran partai pengusungnya kehabisan dana. Sebagai figur yang dicalonkan ini seharusnya langsung merespon, mengapa banyak partai membantu mendorongnya.

Para penganut politik mendorong mobil mogok di tengah jalan, saat menggelar kampanye di jalan umum. Setidaknya memiliki integritas, kapasitas yang baik. Ini jangan dianggap sepele, sebaliknya dengan memiliki integritas dan kapasitas mumpuni akan meningkatkan elektabilitas terhadap mulusnya laju kendaraan yang ditumpanginya.

Masyarakat jaman sekarang cerdas dan cermat melihat calon pemimpinnya, bahkan pemberi harapan palsu (PHP) jaman sekarang tidak laku lagi. Berbeda dibeberapa daerah diperkampungan. Pemilik kendaraan akan memberi "pelicin" dan keperluan kampanye lainnya lalu bergegas turun dari atas mobil partainya, kemudian turut mendorong mobil yang ditumpanginya berbenah ditepi jalan. 

Aksi ini guna mendapat pujian partai pengusungnya agar mobilnya sampai ke tempat tujuan dengan selamat. Langkah kecil turut menaruh simpati dari para pendorong kandidatnya menuju puncak karena ikut mendorong mobilnya secara suka rela.

Tidak sedikit kandidat yang diusungnya begitu menggapai tujuan, melupakan cucuran keringat para pendorong mobil yang mogok tadi. Bodohnya, begitu dilupakan bukannya marah atau mengumpatnya. Entah dimana letak kesalahannya.

Bahkan aksi pendorong mobil mogok  ini rela turun ke jalalan ala barbarian, sebagai bentuk Quick respon atau respon cepat atas kekalahan figur yang diusungnya. Padahal kita tahu kader tersebut sudah terperosok dalam jurang terdalam, masih saja dibela mati-matian, memangnya kandidatmu itu akan melirikmu sebagai pejabat apabila menang di pemilihan umum. Kerap kali terjadi kejadian seperti ini, bekerja tanpa pamrih merupakan pedoman setiap para politik pendorong mobil mogok.

Ada penganut pendorong mobil mogok tentu ada penganut politik hantu. Politik hantu ini bentuk gerakan gerilya yang tak kasat mata. Manuvernya tak terendus hidung manusia, tak terlihat mata manusia dan tak terdengar kiprahnya. Lucunya, gerakan hantu menjadi pesan bahwa tanpa mesin kendaraan politik dengan kekuatan kapitalis justru mampu menggulingkan calon tunggal.

Dua penganut politik ini menimbulkan sejumlah fenomena yang turut mewarnai Pilkada 2018. Diantaranya adalah unggulnya kotak kosong (bentuk dari penganut politik hantu) atas calon tunggal (penganut politik dorong mobil mogok) dalam Pemilihan walikota dan wakil walikota Makassar. Awalnya pilwalkot Makassar akan diikuti oleh 2 pasangan calon yaitu pasangan Munafri Arifuddin-Andi Rachmatika (Appi-Cicu) bernomor urut 1 dan pasangan Danny Pomanto-Indira Mulyasari (DIA) nomor urut 2.

Namun pasangan Appi-Cicu akhirnya menjadi calon tunggal, setelah Danny Pomanto dan pasangannya didiskualifikasi. Berdasarkan hasil hitung cepat Celebes Research Center, kotak kosong unggul dengan perolehan suara 53,49%, diatas pasangan Appi-Cicu yang memperoleh 46,51% suara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline